SPBI: Penembakan Merupakan Teror Terhadap Aktivis Buruh

TEMPO Interaktif, MALANG – Komite Pusat Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) mengecam penembakan rumah Ketua Komite Pusat SPBI, Lutfi Chafidz, pada Sabtu (7/8). “Penembakan itu merupakan teror agar aktivitas Lutfi melemah dan bila perlu harus berhenti,” kata Penanggung Jawab Divisi Advokasi Komite Pusat SBPI, Bambang Edi Sucipto, dalam jumpa pers di rumah Lutfi di RT 04/RW 01 Dusun Cokro, Desa Sukoanyar, Kecamatan Pakis, Senin (9/8).

Penembakan terjadi pada saat Lutfi menangani banyak kasus perburuhan. Di Kabupaten Malang, di antaranya, Lutfi menangani kasus perburuhan di PT Asindo di Kecamatan Bululawang; CV Cahaya Sanjaya di Kecamatan Wagir, Pabrik Rokok Delapan Wijaya dan Pabrik Rokok Pakis Jaya (kedua perusahaan dalam satu manajemen) di Kecamatan Pakis, serta Pabrik Rokok Adi Bungsu di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. SPBI pun melakukan aksi demonstrasi di Pabrik Pakis Jaya pada 9 dan 16 Juli lalu.

Selain itu, Lutfi turut membantu mengadvokasi satu keluarga di Kecamatan Jabung. Keluarga ini memiliki seorang putri berusia 15 tahun yang diperkosa dan pemerkosanya hingga sekarang belum tertangkap. Kejadiannya sekitar dua bulan lalu.

Lutfi juga ikut membantu Netty Kurniawati, 38 tahun, kenalannya yang bertempat tinggal di Perumahan Asabri, Jabung. Netty dianiaya Ruhatin, tetangganya, pada Rabu (4/8) lalu. Dalam kasus ini polisi sudah memeriksa putra Nurhatin, Mulyono, dan rekan Mulyono, Santoso.

“Kami meminta polisi untuk menuntaskan kasus ini hingga pelakunya ditangkap. Jika polisi gagal, ancaman terhadap aktivis buruh bisa saja terus terjadi dan itu bisa membahayakan gerakan perburuhan di mana pun,” kata Bambang.

Desakan serupa disampaikan Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras Surabaya) Andy Irfan Junaidi. Dia mempertanyakan teror terhadap aktivis gerakan sosial prodemokrasi, hak asasi manusia, antikorupsi, serta jurnalis, terjadi sepanjang Juli dalam waktu yang nyaris berurutan. Kejadian yang satu dengan kejadian lainnya hanya berselang sepekan.

Ia menyebutkan, pada Kamis (8/7) di Jakarta, aktivis Indonesian Corruption Watch (ICW), Tama S Langkun, diserang orang tak dikenal. Pada 16 Juli, giliran aktivis ICW lainnya, Adnan Topan Husodo, menerima ancaman.

Nyaris berselang sepekan, di Bengkulu pada Sabtu (24/7), menimpa dua aktivis Wahana Lingkungan Hidup dan 18 warga Desa Peringbaru, Kecamatan Semidang Alas Maras, Kabupaten Soluma, karena mereka berunjuk rasa menolak penggusuran lahan oleh PTPN VII.

Di Merauke pada Rabu (28/7), wartawan Ardiansyah Matra’is ditemukan di Sungai Gudang Arang dalam keadaan telanjang. Ardiansyah diduga dibunuh. Setelah penemuan jasad Ardiansyah, sejumlah wartawan di Merauke menerima pesan pendek berisi ancaman pembunuhan.

Untuk kasus penembakan rumah Lutfi,  berdasarkan keterangan saksi dan temuan tim Kontras di lapangan, kata Andy, diduga pelakunya orang terlatih . Pelaku menembak sebanyak empat kali dari jarak sangat dekat, sekitar tiga meter, yang diarahkan langsung ke sasaran.

Pelaku terdiri dua orang yang menggunakan sepeda motor dan tidak menggunakan helm. Saat kejadian, seorang tetap berada di atas sepeda motor yang mesinnya masih menyala, dan seorang lagi menjadi penembak.