HERMAN “DAVAO” HENDRAWAN MENGAKU DATANG SENDIRI KE DAVAO

HERMAN "DAVAO" HENDRAWAN MENGAKU DATANG SENDIRI KE DAVAO

Davao City, Kompas
Marlinus Amos (62) orang yang pertama kali menjemput Herman "Davao" Hendrawan di pelabuhan laut Calumpang, General Santos (Gensan), Filipina mengemukakan, Herman mengaku datang sendirian ke Pulau Mindanao, Filipina. Namun, Herman tak banyak bercerita tentang siapa dirinya. Herman hanya mengatakan dia sedang dikejar-kejar orang di Jakarta.

Herman yang kini berada di kantor Konsultan Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sempat tinggal sekitar 1,5 bulan di kediaman Marlinus. Marlinus kepada wartawan Kompas Rakaryan Sukarjaputera di Davao, Kamis (6/8) menceritakan, Herman mengaku berasal dari Bandung dan datang ke Filipina dengan pesawat dan mendarat di pelabuhan udara Uhaw (sekitar 8 kilometer dari pusat kota Gensan). "Ia bilang di Jakarta pernah di-buru orang dan mengaku temannya ada yang lari ke Belanda karena diburu orang. Dia juga bilang cuma dia sendiri yang lari ke sini," ungkap Marlinus.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan ABRI (Kapuspen) ABRI Mayjen TNI Syamsul Ma’arif kepada pers sempat mengumumkan bahwa Herman Hendrawan yang menjadi korban penculikan ditemukan berada di Davao. Namun, setelah dicek tim dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), dipastikan Herman yang berada di Davao bukanlah yang dicari Kontras.

Di tempat lain
Marlinus adalah orang Indonesia yang sudah sejak tahun 1968 mencari nafkah di Gensan sebagai awak kapal penangkap ikan. Ia menceritakan, pertemuannya dengan Herman berawal dari kedatangan karyawan perusahaan perikanan Jilco ke kantor perusahaan tempat dia bekerja, TSPMI dan TPMI Fishing sekitar awal Juni lalu. Ketika itu sang karyawan Jilco menanyakan apakah ada karyawan TSPMI yang bisa berbahasa Indonesia. Kemudian, karyawan itu memberi tahu adanya orang Indonesia di Calumpang yang bukan berasal dari Sangir-Talaud.

Marlinus pun kemudian menemui Herman dan mengajaknya untuk tinggal di kediamannya. Selain Marlinus, Herman juga sempat tinggal bebarapa hari di keluarga Tagoriri, sekitar satu kilometer dari kediaman Marlinus. Marlinuslah yang memperkenalkan Herman pada keluarga ini. Namun menurut Tagoriri (59) di rumahnya pun Herman tak banyak bercerita.

Herman hanya mengatakan, dia dikejar-kejar orang. Keterangan Marlinus dan Tagoriri soal Herman sama dengan keterangan yang diberikan ke Konjen RI di Davao misalnya soal bahwa dirinya dikejar dan takut karena terus diburu. Kepada Konjen RI,

penyebab ketakutan itu adalah karena dia pernah jadi korban penculikan. Namun, mengenai bagaimana Herman masuk Filipina, pengakuan Herman kepada Marlinus berbeda dengan KJRI.

Kepada KJRI dia mengaku datang ke Filipina lewat jalur laut dari Bitung, Sulawesi Utara. Namun berbagai kalangan di Konjen RI maupun warga Indonesia di Filipina menyangsikan jika Herman masuk ke Filipina lewat jalur udara. Tidak mungkin masuk Filipina tanpa dilengkapi dokumen yang sah.

Baik Marlinus maupun Tagoriri mengatakan mau menerima Herman di kediaman mereka karena dia adalah saudara sebangsa dan penampilannya terlihat baik. Kegiatan Herman di KJRI Davao sendiri sejauh ini hanya beristirahat. Kompas yang sempat berpapasan dengannya di Mesjid KJRI Davao menangkap kesan ketertutupan dari Herman. Kesan ini juga ditangkap warga Indonesia lain yang mempunyai aktivitas di KJRI Davao.

Meski demikian Herman bisa bersosialisasi cukup baik selama tinggal di KJRI Davao. Dia mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga sebagai bagian dari rangkaian peringatan 17 Agustus.

Dari penampilan fisik, Herman yang mengaku asal Tasikmalaya ini jauh dari mirip dengan foto Herman Hendrawan yang ada di Kontras.*