TNT, BAHAN PELEDAK DI ISTIQLAL

Jakarta, Kompas
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya Mayjen (Pol) Noegroho Djajoesman mengungkapkan, hasil pemeriksaan laboratorium forensik menunjukkan bahwa bahan peledak di lantai dasar Masjid Istiqlal adalah TNT (trinitrotuleune). Sedangkan pemicu peledaknya merupakan KClO3 (kalium chlorat).

Setelah mendapat kepastian mengenai bahan peledak, menurut Kapolda di Jakarta, Kamis (22/4), penyelidikan kini lebih diarahkan pada dari mana para pelaku memperoleh bahan peledak itu.

Bahan peledak khusus militer seperti TNT, PETN (pentaerythritol tetranitrat), RDX (Formula Development Explosive) dan Semtex (Semtin Explosive) tidak beredar di pasaran. "Kalaupun mereka bisa memperolehnya, kemungkinan dari bocoran-bocoran," kata sumber Kompas beberapa waktu lalu. Bocoran yang dimaksud adalah dari importir, pembeli yang umumnya perusahaan pertambangan, penemuan bom sisa masa perang, atau memang ada selundupan.

Meski daya ledak bom di Hayam Wuruk Plaza dan Istiqlal kira-kira sama, Kapolda belum bisa menyimpulkan adanya keterkaitan antara keduanya. Sejauh ini polisi sudah memeriksa 12 saksi.
 
Sumbangan "Tempo"
Sementara itu kemarin, Grup Tempo memberikan bantuan Rp 250 juta kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk merehabilitasi sarana perkantoran dan ruang kantor di lantai dasar Masjid Istiqlal akibat ledakan bom itu. Sekjen MUI Nazri Adlani menerima bantuan itu dari Presiden Direktur Grup Tempo, Handoyo Mulyadi. "Kami berharap sarana perkantoran di Masjid Istiqlal dapat segera dioperasionalkan seperti sedia kala," kata Handoyo.

HA Nazri Adlani menyatakan, peristiwa pemboman telah membawa keprihatinan cukup besar. "Tidak dapat dibayangkan jika umat Islam tidak menahan kesabarannya," katanya.

Sementara Ori Rahman dan Agus Yohanes dari divisi legal Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), kemarin, menyatakan, selain harus segera mengungkap secara tuntas kasus peledakan dan mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat siapa kelompok pelakunya, Polri juga harus mengungkap apa motif politik dari tindakan tersebut.

Kontras secara resmi mengirim surat kepada Kapolri untuk segera mengungkap tuntas kasus peledakan bom di kompleks Masjid Istiqlal tersebut. Apabila kasus peledakan bom itu lamban ditangani, menurut Kontras, dikhawatirkan timbul keresahan di masyarakat yang dampaknya tidak hanya di Jakarta tetapi juga bisa berkembang di berbagai daerah di Indonesia. 

Tersangka perampokan BCA
Tentang usaha perampokan Kantor Cabang Pembantu Bank Central Asia (BCA) Jalan Keamanan pada 15 April lalu, ternyata Polda telah menangkap 16 tersangka. Data yang diperoleh dari Polda Metro Jaya menyebutkan, 16 tersangka kini diperiksa dan ditahan.

Dari ke-16 tersangka itu, tujuh orang adalah warga sekitar kantor bank tersebut. Enam tersangka adalah warga Cijeruk, Kecamatan Caringin, Bogor. Tiga lainnya berasal dari Tanahabang (Jakarta Pusat), Koja (Jakarta Uta-ra), dan Pamulang (Tangerang). Dari 16 orang itu, enam adalah pelaku langsung dan 10 membantu pelaksanaan di lapangan.

Ketujuh warga sekitar BCA yang kini diperiksa penyidik Polda Metro Jaya adalah Asnawi alias Awi, Aminudin bin Usup, Edi Rahadi, Darma bin Monta alias Sabit, Abdul Rojak alias Jajak, Edi Junaedi alias Mala, dan Muhammad Yadi alias Fero. Ketujuh orang itu tinggal di Jl Keagungan, Jl Keamanan, Jl Keamanan Dalam, Jl Kesederhanaan Dalam, Jl Keadilan, dan Jl Keadilan Dalam.

Enam tersangka warga Cije-ruk adalah Samsudin bin Dahlan, Taufik Edi Saputra alias Edi Maseng, Ichwan alias Iwan, Naiman bin Tasiman, Solehudin alias Saleh, dan Chairil Rachmat alias Rahmat. Sedangkan Rojak bin Thalib dan Mustakim yang tertangkap massa sesaat setelah terjadi perampokan yang gagal itu adalah warga Kebonmelati (Tanahabang, Jakarta Pusat) dan Koja (Jakarta Utara). (msh/mba/oki)