Tanggung Jawab Pengungsi Timor-Timur

KOMISI UNTUK ORANG HILANG DAN KORBAN KEKERASAN

(KONTRAS)

Tentang

TANGGUNG JAWAB KONDISI PENGUNGSI TIMOR-TIMUR

NO. 44/SP-KONTRAS/IX/99

Data warga Timtim yang meninggalkan wilayah Timtim atau mengungsi ke gunung-gunung tiap waktu bisa berubah. Masalah keamanan membuat warga selalu berpindah tempat ditambah lagi sejak pemberlakuan UU Darurat Militer semua pintu informasi tertutup.

Sejak jajak pendapat 30 Agustus 1999 akan korban berjatuhan dari waktu ke waktu akibat berbagai kekerasan berlangsung terhadap warga masyarakat. Disamping itu, setiap hari 10.000 warga meninggalkan kampung halamannya. Sampai 14 September 140.000 warga mengungsi ke Timor Barat. Sekitar 31.000 warga berada di kamp pengungsian Dare, daerah Selatan Dili dimana tersebut merupakan daerah perbukitan. Ditambah 40.000 warga berada di kamp pengungsian Baucau, berada di bawah naungan keuskupan Baucau dan sekitar 3500 pengungsi berada di Oecussi, dekat Kefa. Masih ada 13.000 pengungsi di dalam kota Dili tersebar di kantro polisi, pelabuhan, tangsi-tangsi militer dan kantor-kantor pemerintah. Belum terdata jelas warga yang lari ke gunung-gunung. Terakhir 1424 warga dan 80 staf Unamet dievakuasi ke Darwin, Australia.

Keadaan pengungsi memprihatinkan karena tidak ada suplai makanan dan minuman. Pengungsi yang sudah tidak tahan lari ke pegunungan untuk mencari akar-akaran dan tumbuh-tumbuhan. Badan internasional atau nasional, tidak dapat jaminan keamanan untuk dapat mengirim logistik. Para milisi mengancam pengiriman makanan, air dan obat-obatan. Kebanyakan dari pengungsi kini mengidap penyakit busung lapar, cacar dan muntaber karena saitasi tidak ada.

Kondisi keamanan pengungsi sangat rawan. Pengungsi yang berada di gunung-gunung kerap kali mengalami ancaman kekerasan dan teror. Padahal jumlah pengungsi paling banyak terutama anak-anak dan wanita berada di gunung-gunung. Sehingga, dikhawatirkan akan meningkatkan jumlah korban dikalangan perempuan dan anak-anak. Kemarin, 16 September, empat laki-laki pengungsi Dare, diminta turun ke kota untuk mencari suplai makanan. Namun, keempat orang tersebut tewas tertembak. Meski masih belum terdata jelas karena sulitnya komunikasi namun staf Kontras di Dare menyatakan banyak bayi yang meninggal karena kekurangan makanan dan obat-obatan. Lima bayi lahir kemarin di kamp pengungsian Dare yang berada di bawah naungan gereja. Tindakan kekerasan terhadap warga dilanjutkan ke daerah-daerah pengungsian. 14 September lima anggota Aitarak menyisir ke lapangan sepak bola Kupang. Mereka memukuli wanita dan anak-anak. Selain itu tiga orang mahasiswa ditangkap Aitarak di atas kapal Ferry Pelni yang berangkat ke Ende. Dalam peristiwa tersebut diduga paling tidak tiga orang tewas dan terbuang ke laut.

Nasib mengenaskan juga dialami Leonardi Ulan, 27 tahun, ditikam di Kefa. Fernando Maria dibunuh di Dili ketika berusaha membawa keluar istri, 3 orang anak dan orangtunya, Ismail . 35 th, dibunuh di atas kapal ketika berusaha keluar dari Dili, mayatnya ditemukan di pantai Alak. Masih banyak lagi nasib pengungsiyang tak jelas. Menurut jaringan Kontras di Kupang dan Atambua, swee[ing yang dilakukan milisi masih berjalan sampai sekarang bahkan mereka menyusuri rumah sakit untuk mencari orang yang dianggap pro kemerdekaan.

Berdasarkan data di atas maka Kontras merekomendasikan :

Pertama, pertentangan politik disekitar permasalahan Timtim tidak boleh berakibat terabaikannya upaya untuk menyelamatkan setiap bagian dari masyarakat dari berbagai ancaman keselamatan, baik itu berupa tindakan kekerasan, maupun ancaman kelaparan. Untuk itu semua pihak wajib menjamin dapat tersalurkannya berbagai bantuan kemanusiaan terhadap semua pengungsi dalam persoalan Timor-Timur, baik yang barada di Sulawesi, Kupang, berbagai tempat di Timor-Timur, maupun kota lainnya.

Kedua, penguasa darurat militer harus menjamin keamanan kepada semua badan/organisasi/lembaga internasional maupun nasional yang ingin menyalurkan logistik, tenaga medis dan obat-obatan ke kamp pengungsian di wilayah lain.

Ketiga, kepada semua badan/ lembaga/organisasi internasional (terutama UNHCR) dan nasional untuk segera mengirimkan logistik, tenaga medis, dan obat-obatan.

Jakarta, 17 September 1999

Badan Pekerja

KONTRAS

M U N I R, SHORI RAHMAN, SH
KoordinatorWakil Koordinator