SEMINGGU DICULIK, WARTAWAN HOESIN KH SAMPAIKAN KESAKSIAN

Jakarta, Kompas
Wartawan tabloid Menara, Kalimantan Timur, Hoesin KH, yang beberapa waktu lalu diculik, Senin (17/4), memberikan kesaksian tentang apa yang dialaminya selama tujuh hari dalam penculikan, di Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), di Jakarta. Selama seminggu Hoesin disiksa di bagian kepala maupun anggota tubuh lainnya, karena tulisannya tentang penyelewengan Dana Reboisasi (DR) yang dinilai menyudutkan Gubernur Kalimantan Timur.

Penculikan yang dialami Hoesin itu merupakan yang ketiga kali dialaminya, sejak dirinya menuliskan laporan mengenai penyelewengan DR yang diduga melibatkan Gubernur Kaltim. Pada kejadian pertama dan kedua, dia hanya "diculik" selama satu jam dengan ancaman untuk tidak terus-menerus menulis hal-hal yang buruk tentang Suwarna (Gubernur Kaltim). Akibat kedua kejadian tersebut, didampingi pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pusat, Hoesin mengadu ke Komnas HAM di Jakarta, 20 Maret lalu.

Kepada rekan-rekan wartawan lainnya, Hoesin menuturkan, dia diculik tanggal 3 April lalu, ketika akan menemui Suryadi yang diketahuinya sebagai Ketua dari Forum Masyarakat Peduli Kaltim (FMPK). Ketika sampai di depan rumah Suryadi, seseorang memanggil dirinya dan menjelaskan bahwa pertemuan dengan Suryadi itu dipindah ke Wisma Segara, sehingga dia pun pergi dengan menggunakan mobil orang yang menegurnya tadi. Di mobil itulah, dia kemudian diringkus, mulutnya ditempeli lakban dan kemudian kepalanya ditutup kain hitam. Itu terjadi sekitar jam 11.00.

Diinterogasi
"Dalam perjalanan saya merasakan hawa dingin ketika mendengar orang di luar meneriakkan Cisarua … Cisarua. Saya tidak tahu ke mana arahnya. Saya sampai di tempat penyekapan menjelang Ashar. Setelah adzan Isya, saya mendengar seseorang menerima telepon, Pak Sjafran kan ini? Habis itu saya tidak tahu lagi pembicaraannya apa," ungkapnya.     

Selama dalam penyekapan, lanjut Hoesin, dia diinterogasi mengapa menulis hal yang buruk-buruk mengenai Suwarna, apa motivasinya. Nama yang dimaksud itu adalah Gubernur Kaltim, sedangkan Sjafran yang disebut-sebut itu adalah Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda) Kaltim.

"Mereka juga menanyakan siapa di belakang saya, bahkan mereka menanyakan siapa yang membiayai Menara (tabloid Menara-Red). Setelah itu mereka mulai memukuli saya dengan tangan ke wajah dan perut. Saya tidak tahu berapa menit itu berlangsung. Tak lama setelah mendengar pukulan lonceng jam 12 kali, kaki saya digantung kemudian saya merasa ada satu pukulan mengenai dada saya," ungkap Hoesin yang beberapa kali pingsan karena proses penyiksaan itu.

Wartawan Menara itu menguraikan, dia dibebaskan 10 April oleh penculiknya karena mereka menilai target sudah tercapai. "Saya dilepaskan di Pulomas. Saya tidak tahu apa ini, tetapi setelah saya dilepaskan itu saya mendengar dari istri saya sendiri, bahwa hari Kamis (6/4), ada orang dari Forum (Masyarakat Peduli Kaltim) yang mendatangi rumah di Samarinda dan memberikan uang dengan pesan kalau ada apa-apa dengan Hoesin silakan kontak ke dia," tambahnya.

Dipolitikkan
Menurut Munarman dari Kontras, apa yang dialami Hoesin berkaitan dengan pemberitaan mengenai penyelewengan DR. Namun di balik kasus penculikan itu juga ada dinamika politik lokal yang ikut bermain, yaitu dengan penyebutan nama Gubernur Kaltim Suwarna. "Ada beberapa kemungkinan di balik kasus ini, yaitu adanya keinginan untuk menghentikan pemberitaan mengenai raibnya DR. Kemungkinan kedua adalah ini untuk menjatuhkan lawan politik dari orang-orang yang bermain di belakang ini," katanya.

Pasca penculikan itu, lanjut Munarman, Kontras sudah melakukan upaya ke Mabes Polri dan Hoesin akhir pekan lalu sudah diajak ke wilayah Polda Jabar untuk mengecek lokasi penyekapannya itu, namun sampai saat ini lokasi itu belum bisa diketahui.

Pemimpin Redaksi Menara, Hamdani, membenarkan, nuansa politis dalam kasus Hoesin. Kasus Hoesin itu diduga dimanfaatkan beberapa pihak untuk menjatuhkan Gubernur Kaltim, dengan seolah-olah menimbulkan kesan bahwa Hoesin diculik oleh orang-orang dekat Suwarna. "Analisa yang berkembang oleh kawan-kawan di Kaltim, sebenarnya ada tiga kelompok yang bermain. Pertama, kelompok yang menculik pertama dan kedua, yaitu kelompok yang kepentingannya terganggu yaitu soal penyelewengan DR. Kedua, ada kelompok orang di sekitar Suwarna yang ingin mencari muka dan kemudian mengamankan Hoesin. Ketiga, ada kelompok yang memanfaatkan untuk kepentingan politik mereka. Kami menduga antara kesatu, kedua dan ketiga terpisah. Ada pemanfaatan pada ketiga," jelasnya. (oki)