DETIK KEMATIAN SEORANG PENODONG

INILAH Jakarta. Lima pria yang ingin memperoleh uang dengan cara menodong seorang wanita, menemui nasib mengenaskan: dikejar dan dikeroyok massa. Tiga dari lima pria itu tewas menyedihkan. Seorang menemui ajal setelah dihajar puluhan warga yang geram. Dua orang lagi tewas kehabisan oksigen karena terlampau lama bersembunyi di saluran got. Dua perampok lainnya lolos dari kejaran massa dan polisi.

Peristiwa penodongan itu terjadi di siang bolong, pukul 12.30, Rabu (3/5). Ketika itu, salah seorang perampok, Pokko’ Tallu-katakanlah demikian namanya-menodong Murwati (39) di Bus Mayasari Bhakti 905 jurusan Pulogadung-Kota, di sekitar pusat perbelanjaan Golden Truly, Jalan Gunungsahari, Jakarta Pusat.
Penodongan itu gagal karena korban dan massa berteriak minta tolong. Pokko’ dan kawan-kawannya lari terbirit-birit dikejar polisi. Dalam kondisi hampir kehabisan napas, Pokko’ dan kawan-kawannya menceburkan diri ke Kali Ciliwung, lalu menyelusup ke saluran got yang tertutup beton.

Sekitar pukul 16.00, massa mengetahui Pokko’ Tallu sudah keluar dari got dan masuk ke permukiman. Setelah terjadi kejar-mengejar dengan warga, Pokko’ bersembunyi di panti jompo Tresna Werdha. Oma-oma dan opa-opa pun keluar dari kamar dan menilik siapa "pendatang" baru di panti itu.

***

TUBUH Pokko’ Tallu berlumuran darah, tatkala diborgol seorang petugas berpakaian preman di sudut di panti tersebut. "Jangan dipukul di sini. Banyak orang tua," celetuk seseorang dari keramaian massa. Setelah diborgol, Pokko’ dibawa petugas tersebut.

Akan tetapi, massa yang menunggu di sekitar panti itu sudah membawa berbagai alat pukul seperti bambu, kayu, balok. Sebelum digelandang keluar, Pokko’ sempat mengeluarkan kata-kata, "Jangan dipukul." Namun, siapa yang menghiraukan kata-kata itu di Kota Jakarta yang warganya kini sedang bengis-bengisnya terhadap penjahat sekaliber Pokko’?

Massa yang melihat Pokko’ dibawa keluar dengan tangan terborgol, mulai melemparinya dengan batu. Tidak cukup dengan batu, massa memukul dari berbagai sudut ke arah kepala Pokko’ dengan balok dan kayu. Pokko’ digelandang di sepanjang Jalan Kelinci, Kelurahan Pasarbaru, Jakarta Pusat.

Hujan dan hawa cukup dingin sore itu tidak mengurangi panas amarah massa. Pokko’ terus dipukul, sehingga pria ini ambruk. Aparat yang berpakaian preman melepaskan borgol dari tangan Pokko’, dan korban pun ibarat "dikuasai" massa. "Prak". Sebuah balok dengan diameter 10 sentimeter dipukulkan ke kepala Pokko’. Rahang Pokko’ terlihat berubah bentuk. Ia pun tewas.

***

KOORDINATOR Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Munir mengatakan, fenomena pengeroyokan dan pembakaran pelaku kriminal hingga tewas bukan sekadar masalah sistem hukum yang tidak berjalan dan tidak ditegakkan. "Saat ini terjadi kriminalisasi hubungan sosial," katanya. Dijelaskan, saat ini ada orang yang cenderung pasif terhadap tindak kejahatan karena merasa tidak berdaya. Ia mencontohkan, kalau ada seseorang mengalami tindak kejahatan di jalan, orang itu tak berdaya melawan. Di samping itu, orang yang melihat pun takut dan cenderung diam.

Ketidakberdayaan individu itu menimbulkan kesadaran kolektif untuk melakukan tindakan kriminal terhadap mereka yang dianggap mengganggu keamanan, seperti pencopet atau penodong. (fer)