“WIJI THUKUL, PULANGLAH”

Solo, Kompas
Forum Sastra Surakarta (FSS) menggagas sebuah forum solidaritas atas  hilangnya penyair Wiji Thukul lewat forum beranting yang akan dilaksanakan  di  lima  kota,  yakni  Surabaya  (24/6), Solo (1/7), Semarang  (8/7),  Yogyakarta (15/7), dan Jakarta (22/7). Forum yang diberi   tajuk   "Solidaritas  untuk  Wiji  Thukul"  itu  merupakan kesaksian   sekaligus   sikap   solidaritas  kalangan  penyair  dan sastrawan terhadap penyair pelo (cedal) kelahiran Solo tersebut.

Menurut penyair Sosiawan Leak selaku koordinator forum tersebut, di  Solo  hari  Senin (15/5), Wiji Thukul adalah korban pelanggaran hak  asasi  manusia (HAM) oleh rezim penguasa Orde Baru, yang sejak dua tahun silam "raib" dan sampai hari ini tidak ketentuan nasibnya. Latar belakangnya sebagai aktivis di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker)  dan  sikap  keberpihakannya  pada  kaum  tertindas  telah menyeretnya ke dalam nasib yang tak menentu.

"Di  kalangan  rekan-rekan penyair, nasibnya tidak jelas apakah hilang  karena  diculik, ataukah telah meninggal. Kalau kemungkinan terakhir  yang tak diinginkan itu benar, lalu di manakah kuburnya?" ujar Leak.

Sementara  itu,  Koordinator Komite Nasional untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Munir kepada wartawan di Solo akhir  pekan lalu menegaskan, berdasar informasi yang dia kumpulkan pihaknya memastikan bahwa Wiji Thukul memang hilang karena diculik.     Wiji  Thukul  pernah  menerima  penghargaan  Wertheim Encourage Award  1991  dari  Yayasan Wertheim Stichting, Belanda. Dalam forum yang  akan  digelar  di  lima  kota nanti akan diluncurkan antologi puisi  karyanya  yang  berjudul  Aku Ingin Jadi Peluru, dan Thukul, Pulanglah yang merupakan kumpulan puisi karya beberapa penyair.

Dalam   forum   solidaritas  Wiji  Thukul  nanti  akan  digelar pembacaan puisi-puisi karya Wiji Thukul dan karya penyair lain. (asa)