HUKUM-KRIMINAL Penyebab Kematian Munir Harus Ditemukan

PONTIANAK–MIOL: Di luar faktor takdir, kepolisian Indonesia harus memeriksa dan menemukan penyebab kematian Munir, salah seorang tokoh pejuang reformasi dan hak asasi manusia (HAM) negeri ini.

 Bukan tidak mungkin ada pihak dalam maupun luar negeri yang sengaja membunuh karena posisinya sebagai tokoh sentral reformasi dan HAM di Indonesia,  kata pengamat sosial politik dan HAM dari Universitas Tanjungpura, Pontianak, Rousdy Said SH MS, kepada Antara, Selasa.

Perbuatan kesengajaan untuk menghabisi tokoh sekaliber Munir, kata Rousdy bisa saja terjadi sebab pada aktivitasnya di Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) maupun Imparsial, selain mendapat banyak simpati, juga musuh.

Di kedua lembaga itu, terutama, Munir kerap mengorek pelanggaran HAM oleh kalangan penguasa dan militer.  Atas aktivitasnya yang meledak-ledak, bisa saja ia menjadi sasaran pembalasan dendam,  katanya.

Penyerbuan ke kantor Kontras beberapa waktu lalu, menjadi indikasi ada pihak yang mendendam, kata Rousdy, mengenang pendiri Kontras (1988), peraih Penghargaan Yap Thian Hien (Desember 1998).

Bila betul (pembunuhan) terjadi, artinya menjadi suatu ancaman besar bagi penegakan HAM dan reformasi di Indonesia ke depan, ujarnya.

Soal pihak luar negeri yang mungkin saja melakukan, Rousdy menyatakan, dapat saja terjadi, sebab terakhir sebelum pemilu legislatif 2004, Munir membatalkan penerimaan beasiswa ke Amerika Serikat karena dananya berasal dari Yahudi.

Kabar kematian Munir, 38, Selasa, dalam perjalanan dengan pesawat Garuda untuk melanjutkan studi S-2 Program Hukum Humaniter di Universitas Utrecht, Belanda, mengejutkan beberapa aktivis lembaga swadaya masyarakjat (LSM) di Kalimantan Barat.

Koordinator World Wildlife Fund-TN Betung-Kerihun Hermayani Putra, dan Koordinator Pokja Antikorupsi-Lembaga Gemawan Hermawansyah, maupun mantan Direktur KIPP Pamali Kalbar Nazirin menyatakan, sangat terkejut dan merasa kehilangan.

Nazirin yang sebelumnya bahkan tidak percaya namun akhirnya mengatakan,  Kita kehilangan tokoh besar.  (O-1)