Keluarga Minta Jenazah Munir Dimakamkan di Batu

Keluarga besar Direktur Eksekutif Imparsial Munir di Malang, Jawa menginginkan agar jenazah mantan Koordinator Kontras yang meninggal dalam perjalanan Indonesia-Amsterdam itu dibawa pulang dan dimakamkan ke tanah kelahirannya di Batu.

“Kami sampai saat ini belum tahu dan belum ada kabar secara resmi baik dari Imparsial maupun LBH Jakarta, kalau Dik Munir meninggal dalam perjalanan Indonesia – Amsterdam. Tapi bagaimanapun kami ingin jenazah adik saya dibawa pulang dan dimakamkan di Batu,” kata salah seorang kakak Munir, Anita di Batu, Selasa (7/9) petang.

Ia mengaku, meskipun sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai kebenaran meninggalnya mantan Koordinator Kontras itu, di rumah orang tua Munir sudah banyak yang berkumpul. “Sekarang bapak sama dua saudara saya berangkat ke Jakarta, selain untuk memastikan kabar itu, kalau itu benar juga akan membawa pulang jenazah Munir untuk dimakamkan di Batu,” tegasnya.

Sementara itu pihak kampus almamater Munir, Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang besok (8/9) pagi akan menggelar doa bersama dihalaman kantor pusat. “Pihak rektorat sore tadi sudah menginstruksikan agar seluruh komponen kampus baik dosen maupun mahasiswa diminta untuk memanjatkan doa bersama yang dipusatkan di lapangan rektorat,” kata teman dekat Munir semasa di Unibraw, Ibnu Tricahyo.

Menurut Ibnu yang juga Ketua PP Otoda Fakultas Hukum (FH) Unibraw itu, semasa kuliah Munir dikenal mahasiswa yang aktif dan cukup menonjol di antara teman-temannya. Munir pun mempunyai kepedulian terhadap persoalan-persolan yang berkaitan dengan HAM. “Kami sangat kehilangan atas meninggalnya Mas Munir yang mendadak ini, mungkin pas penyalit levernya kambuh, karena sudah beberapa kali Mas Munir ini masuk rumah sakit akibat lever yang dideritanya,” katanya.

Munir dikabarkan meninggal di pesawat dalam perjalanan Indonesia-Belanda. Namun, sampai sejauh ini belum diketahui penyebab meninggalnya alumnus FH Unibraw tahun 1991 itu. Munir yang lahir di Malang, 8 Desember 1965 lalu itu meninggalkan seorang istri bernama Suciati dan seorang putra bernama Sultan Alif Allende. (Ant/Prim)

Keluarga Minta Jenazah Munir Dimakamkan di Batu

BATU–MIOL: Keluarga besar Direktur Eksekutif Imparsial Munir, 39, di Malang menginginkan agar jenazah mantan Koordinator Kontras yang meninggal dalam perjalanan Indonesia-Amsterdam itu dibawa pulang dan dimakamkan di tanah kelahirannya Batu, Malang, Jawa Timur.

 Kami sampai saat ini belum tahu dan belum ada khabar secara resmi baik dari Imparsial maupun LBH Jakarta, kalau dik Munir meninggal dalam perjalanan Indonesia – Amsterdam, tapi bagaimanapun kami ingin jenazah adik saya dibawa pulang dan dimakamkan di Batu,  kata salah seorang kakak Munir, Anita di Batu, Selasa petang.

Ia mengaku, meskipun sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai kebenaran meninggalnya mantan Koordinator Kontras itu, namun di rumah orang tua Munir sudah banyak yang berkumpul.

 Sekarang bapak sama dua saudara saya berangkat ke Jakarta, selain untuk memastikan khabar itu, kalau itu benar juga akan membawa pulang jenazah Munir untuk dimakamkan di Batu,  tegasnya.

*

Sementara itu kampus almamater Munir, Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang Rabu (8/9) pagi akan menggelar doa bersama di halaman kantor pusat.

 Pihak rektorat sore tadi sudah menginstruksikan agar seluruh komponen kampus baik dosen maupun mahasiswa diminta untuk memanjatkan doa bersama yang dipusatkan di lapangan rektorat,  kata teman dekat Munir semasa di Unibraw, Ibnu Tricahyo.

Menurut Ibnu yang juga Ketua PP Otoda Fakultas Hukum (FH) Unibraw itu, semasa kuliah Munir dikenal mahasiswa yang aktif dan cukup menonjol diantara teman-temannya serta mempunya kepedulian terhadap persoalan-persolan yang berkaitan dengan HAM.

 Kami sangat kehilangan atas meninggalnya Mas Munir yang mendadak ini, mungkin pas penyalit levernya kambuh, karena sudah beberapa kali mas Munir ini masuk rumah sakit akibat lever yang dideritanya,  katanya.

Munir meninggal di pesawat dalam perjalanan Indonesia-Belanda, namun sampai sejauh ini belum diketahui penyebab meninggalnya alumnus FH Unibraw tahun 1991 itu.

Munir yang lahir di Malang, 8 Desember 1965 lalu itu meninggalkan seorang istri bernama Suciati dan seorang putra bernama Sultan Alif Allidien.

Gelar doa untuk Munir:

Sementara itu aktivis pro demokrasi (prodem) di Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menggelar doa bersama untuk mengenang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir yang meninggal di pesawat dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda, Senin sekitar pukul 22:00 WIB.

Salah seorang aktivis Prodem di NTB, Adhar Hakim di Mataram, Selasa mengatakan dia bersama para aktivis prodem dan HAM di daerah ini akan menggelar doa bersama untuk almarhum Munir yang selama ini dikenal sebagai pejuang HAM dan salah seorang pendiri Kontras.

 Saya merasa kaget mendapat informasi dari Teten Masduki (ICW) tentang kabar duka meninggalnya Munir. Kita kehilangan tokoh pejuang prodem dan HAM yang selama ini gigih memperjuangkan penegakan HAM dan demokrasi,  katanya.

Karena itu, katanya, dia bersama-sama aktivis prodem dan aktivis HAM di daerah ini akan memanjatkan doa agar almarhum Munir diterima sisi Allah SWT sesuai amal perbuatannya.

*

Dia mengatakan, sosok aktivis seperti Munir masih sangat dibutuhkan di tanah air yang kini sedang dalam perubahan menuju pemerintahan yang lebih demokratis.

 Kita masih membutuhkan figur seperti Munir yang tetap memniliki komitmen memperjuangkan HAM. Yang paling tinggi penghargaan saya terhadap Munir adalah integritasnya sebagai pejuang HAM yang tetap konsisten, dan dia bukan hanya pejuang HAM di tingkat nasional tetapi juga internasional,  ujarnya.

Adhar mengatakan, sebelum berangkat ke Amsterdam, Munir sempat mengikuti aksi antikriminalitas pers yang digelar berkaitan dengan kasus Tempo. (Ant/O-1)