PPI Belanda Berduka Kehilangan Munir

Reporter: Eddi Santosa

detikcom – Den Haag, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda sangat berduka cita atas meninggalnya Munir. PPI juga terkejut tidak ada pihak KBRI yang menunggu proses otopsi.

Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) MPA PPI Belanda, Albert F. H. Simorangkir, M.Si kepada detikcom hari ini, Rabu (8/9/2004) jam 12.00 atau 17.00 WIB.

Albert mengungkapkan bahwa pengurus teras PPI dan beberapa mahasiswa RI di Belanda sebelumnya sudah bergembira mendapat kabar pejuang HAM itu akan melanjutkan studi ke Universitas Utrecht dan mereka sudah membahas mengenai kedatangannya.

“Kami membicarakan dengan sangat antusias karena kami sebagai perhimpunan pelajar Indonesia di Belanda merasa akan ada sosok yang dapat ikut memberikan kontribusi untuk organisasi kami,” demikian Albert, seraya menjelaskan bahwa organisasinya baru di re-launch pada 12/6/2004 lalu.

“Namun ternyata keinginan kami hanya tinggal keinginan karena Tuhan berkehendak lain terhadap beliau,” tambah Albert dengan nada sedih.

Menurut Albert, PPI Belanda sudah menganggap Munir sebagai anggota karena selain dia sebagai pejuang masalah anti kekerasan dan HAM, juga telah terdaftar sebagai mahasiswa di Utrecht. Apalagi, kata Albert, diantara anggota PPI juga ada yang masih menekuni studi bidang HAM dan mereka memiliki cita-cita yang sama dengan Munir.

Saran untuk KBRI

Albert mengungkapkan, begitu mendapat kabar Munir meninggal di perjalanan antara lain dari detikcom, pihaknya langsung bergegas mencari informasi dan persiapan yang dibutuhkan agar bisa memberi bantuan.

Salah satu yang dihubungi dia adalah Marechaussee, otoritas yang menangani jenazah Munir. “Sesuai info yang saya terima dari Marechaussee, jenazah Munir sedang diotopsi,” kata Albert, yang saat ini sedang menempuh program LL.M in Business and Trade Law, Universitas Erasmus, Rotterdam.

Dikatakan, bahwa PPI Belanda sangat berkeinginan untuk dapat melayat dan mengiringi kepergian jenazah Munir ke Jakarta, “Sebagai bukti rasa kepedulian kami sebagai sesama mahasiswa dan sebagai orang-orang yang anti kekerasan. Dan kami juga akan terbuka untuk membantu sekiranya ada yang dapat kami lakukan dalam melancarkan kepulangan Munir,” ujarnya.

Satu hal yang mengejutkan Albert adalah dia mendapat informasi dari pihak Marechaussee bahwa ternyata tidak ada pejabat KBRI yang menunggu proses otopsi.

“Mungkin juga ada baiknya saya memberikan saran kepada pihak KBRI, sesuai informasi yang saya dapat dari pihak Marechausse, bahwa tidak ada pihak KBRI yang menunggu proses otopsi, agar dapat segera menindaklanjuti hasil dan proses dari otopsi tersebut. Sebab pihak KBRI merupakan pihak yang bertanggung jawab atas jenazah beliau selama berada di Belanda,” demikian Albert.

Secara khusus, mewakili Ketua PPI Belanda Ir. Yurdi Yasmi M.Sc (yang saat ini tidak berada di Belanda) dan seluruh anggotanya, Albert menyampaikan duka yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya pejuang kemanusiaan Munir SH, dan kepada keluarga yang ditinggalkan semoga diberi kekuatan dan ketabahan.

“Indonesia pasti kehilangan dirimu Saudara Munir, semoga kami masih bisa mendapatkan penggantimu,” katanya. (es)