Universitas Utrecht Berduka atas Kematian Munir

Reporter: Eddi Santosa

detikcom – Den Haag, Universitas Utrecht (UU) menyatakan berduka cita yang mendalam atas kematian Munir. UU saat ini sedang menempuh langkah-langkah yang diperlukan menyusul kematian calon mahasiswanya itu.

Demikian disampaikan Biro Luarnegeri UU, Marrik Bellen, kepada detikcom melalui kontak telpon, Selasa (7/9/2004) jam 13.50 waktu setempat atau jam 18.50 WIB.

Bellen atas nama universitas, yang juga menjadi almamater pendekar hukum Dr. Adnan Buyung Nasution, menyatakan berduka cita sedalam-dalamnya atas kematian salah satu pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) terkemuka di Indonesia itu.

“Kami menyatakan berduka cita yang mendalam, terutama kepada istri dan anaknya Munir, semoga mereka tabah atas hal ini,” demikian Bellen.

Mengenai langkah-langkah yang dilakukan pihak universitas, Bellen menyebut antara lain soal proses evakuasi, kemudian mencoba mencari akses informasi mengenai sebab-sebab kematian Munir.

Menurut Bellen, Munir rencananya akan menempuh program master (S2) di Fakultas Hukum UU bidang European Protection of Human Rights. Program ini, katanya, akan memakan waktu setahun dan biasa dimulai pada September sampai September berikutnya.

Mengenai pembiayaannya, Bellen mengungkapkan bahwa Munir mendapat beasiswa dari Interchurch Organisation for Development Co-operation (ICCO) atau Organisasi Antargereja untuk Kerjasama Pembangunan. Namun perjalanan Munir menuntut ilmu harus terhenti, karena ternyata Tuhan berkehendak lain.

Nama Munir mulai populer pada sekitar 1998-an ketika dia memimpin Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras). Terakhir dia menjabat sebagai direktur Indonesian Human Rights Monitor (Imparsial). Kini musuh pelanggar HAM yang pernah meraih Yam Thiam Hien Award itu telah pergi untuk selama-lamanya. (es)