Kontras: Senjata Organik Dalam Penggerebekan Poso Milik TNI/Polri

Laporan: Zul Sikumbang

Jakarta, Rakyat Merdeka. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban (Kontras) menyayangkan operasi yang dilakukan Densus 88 Anti-teror di Poso, kemarin (11/1), yang menewaskan dua warga.

Koordinator Kontras Usman Hamid mengatakan, senjata yang ditemukan dalam penyergapan itu adalah senjata organik milik TNI dan Polri.

Penyesalan itu disampaikan Usman Hamid, didampingi Pembela Hukum Kontras Abu Said Pelu dan Koordinator Investigasi Kontras Syamsul Alam Agus di kantor Kontras siang ini (Jumat, 12/1).

“Senjata itu adalah milik TNI dan Polri. Yang jadi pertanyaan kini adalah, mengapa ada senjata organik seperti itu di masyarakat. Itu patut dipertanyakan. Jangan-jangan ada supply senjata untuk masyarakat. Mestinya tidak mungkin senjata SS1 dan M16 ada di masyarakat,” kata Usman.

Dia menyebut, penemuan senjata organik itu di tempat-tempat yang dicurigai Densus 88 Anti-teror sebagai ”sarang perusuh” akan menjadi ujian bagi lembaga intelijen.

Sementara Abu Said mengatakan, cara yang dilakukan polisi untuk menemukan 24 orang yang masuk daftar pencarian orang (DPO) amat berlebihan, bahkan hampir sama dengan aksi teror. Dia juga mengatakan, orang-orang yang dicari itu tidak tahu apa-apa.

Di Jakarta, kemarin, Kepala Polri Jenderal Sutanto mengatakan Densus 88 Anti-teror Polda Sulawesi Tengah telah menangkap sembilan orang yang dicari-cari karena diduga terlibat dalam kerusuhan Poso. Dua diantara mereka tewas dalam penggerebekan.

Menurut Jenderal Sutanto, kala digrebek, orang-orang tersebut sempat memberikan perlawanan. Bahkan sebuah bom sempat meledak.

“Upaya persuasif terus dilakukan, polisi juga minta tokoh masyarakat membantu, tapi mereka tetap melawan. Polisi mengambil tindakan tegas. Dua orang tewas, tujuh berhasil ditangkap,” papar sambil menekankan bahwa sembilan orang itu merupakan pelaku utama teror Poso yang dicari-cari selama ini. guh