Kasus Rumpin: Pria Kampung Cikoleang Bersembunyi

Bogor, Kompas – Akibat bentrokan antara warga dan aparat TNI Angkatan Udara, Senin lalu, di Kampung Cikoleang, Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, sebagian besar kaum laki-laki kampung tersebut menghilang dari rumah masing- masing. Sepanjang Selasa (23/1) kesunyian kampung tersebut semakin terasa, terutama setelah hujan turun.

"Seperti saya, warga saya kini jadi ketakutan. Laki-lakinya banyak yang lari dari rumah, sembunyi di rumah-rumah saudara di luar kampung. Kami khawatir, tentara TNI AU melakukan sweeping lagi," kata Amir (72), salah seorang ketua RT di Kampung Cikoleang.

Pernyataan Amir dibenarkan Uci (45, guru mengaji) serta Ilham dan Deri (karyawan Lapan). Empat warga ini sejak Senin malam juga "tinggal" di mushala Polsek Rumpin, sekitar sembilan kilometer dari Cikoleang.

Seorang lagi bersama mereka adalah Cece Rahman, warga Sumedang, aktivis Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Bandung. Wajah Cece babak belur, yang menurutnya, akibat pukulan-pukulan yang dilakukan aparat TNI AU Senin malam.

Menurut Amir, setelah bentrokan pada Senin siang, pada sore hari hingga menjelang Selasa dini hari aparat TNI AU melakukan penyisiran sampai ke kampung-kampung. Sejumlah ibu-ibu yang ditemui di kampung tersebut membenarkan adanya sweeping yang dilakukan aparat TNI AU sepanjang Selasa malam.

Rumah Amir termasuk yang didatangi aparat TNI AU, yang berseragam loreng lengkap dengan senjata api laras panjangnya. Cece yang tinggal di rumah Amir pun ikut terjaring aparat. Mereka dibawa ke lokasi proyek water training TNI AU, sebelum akhirnya diserahkan ke kantor Polsek Rumpin.

"Menurut Kepala Polsek Rumpin Ajun Komisaris Ipik Kusmana, saya bukan ditangkap tetapi diamankan. Saya memang lebih baik tinggal dulu di sini, karena kalau saya kembali ke rumah, saya takut kena sweeping aparat TNI AU lagi. Kalau sampai dua kali kena sweeping, pasti akibatnya lebih parah. Anak menantu saya juga kini sembunyi entah di mana," kata Amir yang mengaku ditunjuk warga sebagai ketua koordinasi demonstrasi.

"Tetapi pada demo Senin kemarin saya tidak ikut. Saya ke lokasi setelah Pak Ipik memanggil saya, untuk membantu meredam warga yang tengah bentrok dengan aparat TNI AU di lokasi proyek," jelas Amir, yang kemarin dikunjungi aktivis dari Kontras dan LBH Jakarta.

Sementara itu Khalisah Kalid dari Wahana Lingkungan Hidup minta pasukan TNI AU di Rumpin segera ditarik. Aparat TNI yang melakukan kekerasan juga harus diproses hukum. "Kami masih sulit memasuki daerah itu karena masih dijaga ketat aparat TNI AU," kata Khalisah, Selasa, di kantor Kontras, Jakarta. (RTS/NWO)