Polisi Minta Sisa Hasil Otopsi Munir di Belanda

JAKARTA — Polisi meminta hasil otopsi organ tubuh Munir yang masih berada di Belanda kemarin. Permintaan itu disampaikan Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutanto kepada Menteri Kehakiman Belanda Ernst Hirst Ballin didampingi Duta Besar Belanda Nicolaus van Dam.

"Kami ingin memeriksa lagi secara intensif organ itu," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Sisno Adiwinoto di Markas Besar Polri.

Sisno menjelaskan saat ini masih ada sisa hasil otopsi organ tubuh Munir di Institut Forensik Belanda. "Di sana masih ada beberapa milimeter yang bisa ditemukan lagi untuk keperluan penyidikan," ujarnya. Selain organ tubuh, laporan tertulis laboratorium institut forensik juga diminta.

Pada Senin lalu, di Dewan Perwakilan Rakyat, Sutanto menyatakan organ ini akan dibawa ke Amerika Serikat untuk diteliti lagi agar bisa menentukan jenis racun secara tepat. Dari situ, kapan dan melalui apa racun arsenik masuk bisa diukur secara tepat. "Supaya pembuktian di pengadilan bisa lebih akurat," kata Sutanto.

Munir, aktivis hak asasi manusia, tewas diracun di dalam pesawat Garuda Indonesia tujuan Belanda pada September 2004. Pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto, didakwa terlibat kasus ini. Namun, Mahkamah Agung menyatakan Pollycarpus hanya bersalah dalam hal administrasi.

Menanggapi keinginan mengotopsi ulang ini, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan Usman Hamid menyatakan proses tersebut sudah tidak relevan. "Karena proses tersebut merupakan kebutuhan pada awal penyidikan," ujarnya.

Menurut Usman, yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan investigasi pidana, yakni dengan membongkar pembunuhan berencana terhadap Munir, baik otak maupun eksekutornya. Otopsi ulang berarti mengulang keseluruhan proses investigasi dari awal lagi.

Usman menambahkan polisi seharusnya berkonsentrasi pada penyelidikan isi percakapan telepon antara Pollycarpus dan bekas pejabat Badan Intelijen Negara serta rekaman kamera CCTV di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, dan Changi, Singapura. YOPHIANDI | MUSLIMA HAPSARI