DPR Dikado Dua Cermin Rias

Irwan Nugroho – detikcom
Jakarta
– Sekitar 15 keluarga korban Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II (TSS) dan Kontras mendatangi DPR sambil membawa cermin rias. Mereka ingin anggota DPR bercermin sehingga mampu menuntaskan kasus tersebut.

Para keluarga korban ini ingin menemui Ketua DPR Agung Laksono yang sedang memimpin rapat paripurna di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (13/3/2007). Namun belasan petugas pengamanan mencegah massa masuk ke Gedung Nusantara II, tempat rapat berlangsung.

"Masak rakyat mau masuk kok tidak boleh. Ini kan rumah rakyat. Kita nggak bawa bom kok masuk saja sulit," gerutu salah seorang keluarga korban.

Akhirnya, mereka lesehan di depan Gedung Nusantara I sambil menggelar musikalisasi puisi. Alunan seruling dan harmonika mengiringi pembacaan puisi. Selain itu ada beberapa orang yang berorasi.

"Kami minta tuntaskan kasus pelanggaran HAM, sebab di Indonesia banyak terjadi pelanggaran," teriak seorang orator.

2 Cermin rias yang dibawa massa ditempeli kertas bertuliskan "Jangan diam, tuntaskan kasus tragedi Trisakti, Mei 1998, dan penghilangan aktivis". Spanduk bertuliskan "8 Tahun menjarah abaikan penuntasan kasus Trisakti Semanggi. Adili para jenderal pelanggar HAM Tragedi Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II di Pengadilan HAM Ad hoc" pun digelar.

"Kami mau ketemu Pak Agung. DPR menjanjikan akan merekomendasikan terbentuknya Pengadilan HAM ad hoc untuk kasus pelanggaran HAM," kata Sumarsih, ibu dari Wawan, korban Semanggi I.

Keluarga korban dan Kontras berniat membawa masalah pelanggaran HAM ke tingkat internasional. "Agar orang luar negeri tahu kalau Indonesia anti HAM, pemerintahnya tidak ada kemauan untuk menyelesaikan kasus itu. Pemerintah takut dengan jenderal yang melakukan pelanggaran HAM," ujar perempuan paruh baya itu berapi-api. (nvt/nrl)