14 Warga Jadi Korban Kekerasan TNI: TNI menuding bekas anggota GAM yang melakukannya.

ACEH — Setidaknya 14 warga Desa Alue Dua, Kecamatan Nisam, Aceh Utara, menjadi korban kekerasan anggota Batalion Infanteri 113 Jaya Sakti, Cunda, Lhokseumawe, Aceh. Klaim ini disampaikan oleh Kontras Aceh pada Sabtu kemarin. Aksi kekerasan ini merupakan buntut pemukulan yang dilakukan warga terhadap empat anggota TNI berpakaian preman yang terjadi pada Rabu 21 Maret lalu.

"Ini preseden buruk bagi perdamaian di Aceh," ujar Kepala Operasional Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Aceh, Hendra Fadli, setelah menerima laporan warga pada Sabtu kemarin.

Mendengar ada anggota TNI yang dipukul, keesokan harinya tiga truk anggota TNI mendatangi desa itu. Mereka menanyai siapa saja yang lewat. Jali, salah satu warga yang jadi korban, menuturkan saat itu dirinya baru saja kembali dari pasar. Sesampai di rumah, dirinya berniat membeli rokok dengan menggunakan sepeda motor. Tiba-tiba di tengah jalan ada delapan anggota TNI mencegatnya. Jali dituding ikut memukuli empat anggota TNI. Jali membantah. Karena membantah, kedelapan orang ini langsung memukul Jali di bagian muka, punggung, dan perutnya.

Kejadian bermula pada Rabu 21 Maret lalu, saat empat anggota TNI yang berpakaian preman itu masuk ke desa dengan membawa senjata laras panjang jenis SS-1 yang disimpan di dalam tas. Malam harinya, empat orang ini menginap di gedung Sekolah Dasar Keude Alu Dua, yang sedang dibangun oleh lembaga swadaya masyarakat Save The Children. "Mereka datang pada Selasa (20 Maret)," kata seorang warga yang enggan disebut namanya.

Warga sempat resah karena mereka curiga TNI memata-matai warga. "Ketika kami menanyakan tujuannya di sini, mereka menjawab hanya untuk mengamankan proses pembangunan gedung SD itu," ujar warga itu.

Warga pun menggeledah mereka. Warga menemukan kartu tanda TNI dan senjata laras panjang. "Kemarahan warga tidak dapat dibendung dan mereka langsung dihakimi hingga babak-belur," kisah sumber Tempo tadi.

Menanggapi tindakan itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Djoko Santoso meminta aparat hukum bertindak tegas. TNI Angkatan Darat menengarai mereka bukanlah warga biasa, melainkan bekas anggota Gerakan Aceh Merdeka. "KSAD minta jangan sampai kejadian itu terulang lagi," ujar juru bicara TNI Angkatan Darat, Brigjen Ricardo Siagian.

Ricardo mengatakan empat orang anggota Yonif 113 tersebut dipukul hingga terluka. Para pemukul, kata Ricardo, bukanlah warga Alue Dua. "Mereka semua bekas orang GAM. Yang jelas, empat anak buah saya dikerjai," ujar Ricardo. IMRAN MA | DIAN Y