Polisi Kosongkan Kampus

Mahasiswa dan Masyarakat Demo

Medan, Kompas – Demi alasan keamanan, Kepolisian Kota Besar Medan dibantu satuan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sumatera Utara mengosongkan Kampus Universitas Islam Sumatera Utara. Pengosongan dilakukan dengan mengevakuasi 300 orang yang sebagian besar petugas keamanan yang direkrut Sariani.

"Setelah melihat respons masyarakat, kami mengambil keputusan kampus harus dikosongkan sampai ada perkembangan selanjutnya. Jika tidak, kami melihat situasi akan semakin tidak kondusif," kata Kepala Kepolisian Kota Besar Medan Ajun Komisaris Besar Bambang Sukamto, Kamis (10/5) di Medan.

Pengosongan dilakukan mulai pukul 18.00, dan sekitar pukul 20.00 pengosongan sudah selesai. Seluruh petugas keamanan yang memaksa masuk kampus diamankan di Markas Brimob Polda Sumut.

Polisi, kata Bambang, menetapkan empat tersangka, Dhani Syahputra, Surya Dharma, Amar Makrup dari kubu Helmi Nasution, dan Syahmadi dari kubu Sariani. Mereka disangka membawa senjata tajam. "Sementara itu dulu, nanti bisa berkembang," kata dia.

Direktur Reserse Kriminal Polda Sumut Komisaris Besar Ronny F Sompie tidak menyangka jika bentrok di UISU berbuntut panjang. Sariani, kata dia, sudah menyampaikan izin kepada polisi akan menempati kampus. Polisi memberi izin karena Sariani memiliki bukti kuat akan kepemilikan UISU, dan mediasi tidak pernah ada titik temunya.

"Soal konflik antara yayasan bisa diselesaikan melalui hukum. Namun, siapa yang merusak dan melukai orang tidak bersalah saya minta agar mempertanggungjawabkannya," tutur Ronnie.

Demonstrasi

Kerusuhan yang terjadi di Kampus UISU dua hari terakhir membuat mahasiswa dan masyarakat gerah. Mereka memprotes tindakan polisi yang cenderung mendiamkan tindak kekerasan di dalam area kampus.

Aliansi Mahasiswa UISU bersama warga sekitar Kampus UISU berdemonstrasi ke Markas Polsek Medan Kota. Mereka menuntut agar seluruh teman-temannya yang masih ditahan polisi dibebaskan. Dalam unjuk rasa, mereka mengecam keras tindakan petugas keamanan berseragam menyerang seluruh orang di dalam kampus.

Kecaman juga datang dari Kontras Medan. Dalam siaran persnya, Kontras menuntut agar pelaku premanisme diproses hukum. Kepala Operasional Kantor Kontras Medan Diah Susilowati meminta agar perusahaan jasa pengamanan yang direkrut yayasan versi Sariani diaudit. "Mereka nyata-nyata menjual kekerasan," kata Diah. (NDY)