Aktivis SMUR Demo di Banda Aceh Soeharto Harus Tetap Dihukum

BANDA ACEH – Dua puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Komite Pimpinan Pusat Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat (KPP-SMUR), Kamis (17/1), menggelar unjuk rasa di bundaran Simpang Lima, Banda Aceh. Mereka mendesak pemerintah harus tetap menghukum Soeharto dengan seadil-adilnya, walau bagaimanapun kondisi presiden ke-2 RI itu saat ini.

Dalam aksi yang dimulai sekitar pukul 11.00 WIB, massa juga meminta seluruh elite politik yang telah mengeluarkan pernyataan sikap untuk membebaskan Soeharto, segera menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia.

Ketua KPP-SMUR, Heri Mulyandi mengatakan, permintaan pembebasan Soeharto dari kasus-kasusnya telah melukai hati dan perasaan mahasiswa khususnya, dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Selain itu, permintaan pembebasan Soeharto juga telah merusak agenda perjuangan reformasi yang telah dibangun selama ini.

Secara sederhana, jika Soeharto dibebaskan maka koruptor-koruptor lainnya pada masa orde baru juga ikut bebas dan akan semakin berkeliaran di Indonesia. Karena itu, bagaimanapun kondisinya, Soeharto tetap harus dihukum, tandasnya.

Permintaan pembebasan Soeharto dengan berbagai alasan yang dikemukakan, tambah Heri, tidak bisa diterima di Indonesia. Indonesia adalah negara hukum, karena itu semuanya harus berlandaskan hukum. Bukan berlandaskan moral yang dapat menimbulkan berbagai macam interpretasi.

Dalam aksi yang berlangsung sekitar 30 menit itu, SMUR juga mendesak jajaran yudikatif untuk mundur dari jabatannya, jika tidak mampu menyeret Soeharto dan kroni-kroninya ke pengadilan. Tak hanya itu, massa juga meminta pemerintah untuk membubarkan Partai Golkar, karena telah memprakarsai penutupan kasus Soeharto. Kita juga sangat menyayangkan sikap Amien Rais selaku tokoh reformasi yang turut mendukung dan membela Soeharto, pungkas Heri.

Disesalkan

Sementara dari Jakarta diberitakan, pernyataan Amien Rais yang memaafkan Soeharto dipertanyakan banyak pihak, terutama dari kalangan pemuda. Amien yang disebut sebagai lokomotif reformasi itu, dinilai telah meninggalkan gerbongnya karena memaafkan Soeharto.

Secara sederhana, Amien Rais ini lokomotif yang lupa terhadap siapa saja yang ada di gerbong reformasi. Dia seperti telah meninggalkan gerbongnya. Harusnya Amien bicara dulu dengan orang orang yang ada di gerbong itu, kata Koordinator Kontras Usman Hamid usai diskusi bertajuk Sikap kaum muda terhadap kasus hukum Soeharto di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/1).

Menurut mantan aktivis 98 ini, masyarakat yang ada dalam gerbong reformasi banyak berharap adanya perbaikan, keadilan dan peningkatan kesejahteraan dengan dilokomotifi Amien Rais. Usman menilai pernyataan maaf kepada Soeharto dari mantan Ketua MPR itu sebagai bentuk inkonsistensi terhadap reformasi.

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah M Izzul Muslimin mengatakan, sakitnya Soeharto saat ini telah dijadikan momentum bagi elit elit politik untuk mencari popularitas. Targetnya untuk menarik simpati masyarakat menjelang Pemilu 2009. Ada kecenderungan elit elit politik memanfaatkan sakitnya Soeharto sebagai momentum mengambil simpati. Apalagi dekat dengan 2009, ujar Izzul.(saf/dtc)