IN CHINA; NO HUMAN RIGHTS! NO OLYMPIC!

IN CHINA; NO HUMAN RIGHTS! NO OLYMPIC!

Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia telah menyatakan dengan tegas bahwa semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Kesemuanya dikaruniai akal dan hati nurani dan menginginkan pergaulan satu sama lain dalam persaudaraan. Oleh karena itu, tidak diperkenankan adanya perlakuaan kejam dan penyiksaan terhadap dan  penghinaan terhadap setiap orang. (Pasal 1 dan Pasal 5) Namun demikian kekerasan yang dilakukan Pemerintah Republik Rakyat China (RRC) di Tibet saat sekarang jelas menyimpangi prinsip-prinsip kemanusiaan yang diatur dalam DUHAM.

Sebagai tuan rumah pemerintah RRC juga harus memenuhi standar tuan rumah (penyelenggara) olimpiade sesuai dengan piagam olimpiade Internasional. Pada piagam ini tuan rumah di haruskan menjunjung tinggi, bukan saja sportifitas di pertandingan, tetapi menghargai perbedaan dan hak-hak dasar manusia. Hal pertama adalah negara penyelenggara berusaha menciptakan kehidupan yang bahagia, pendidikan yang baik dan peduli terhadap etika dasar. Kedua, negara penyelenggara mempertimbangkan promosi perdamaian di masyarakat dengan pemelihataan harga diri manusia. Ketiga menegaskan bahwa olahraga adalah sebuah HAM dan praktik untuk saling memahami persahabatan, solidaritas dan keadilan. Keempat mengharuskan penghapusan diskriminasi yang tidak cocok dengan mekanisme olympiade. 

Aksi Free TibetPrinsip-prinsip diatas adalah ukuran kelayakan menjadi tuan rumah (penyelenggara) olimpiade. Dengan demikian pemerintah RRC dapat dikategorikan telah menyimpangi standar tersebut. Bentuk kekerasan berupa pembatasan ekspresi dan berkumpul masyarakat Tibet dibatasi, begitupun dengan kasus-kasus lainnya seperti penyiksaan terhadap praktisi Falun Gong, kelompok Kristiani, Muslim Uyshgur dan kasus Pembantaian manusia di lapangan Tiananmen tahun 1989. Belum lagi keterlibatan pemerintah RRC dalam kerusuhan di Darfur Sudan yang telah mengundang simpati dunia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sudah selayaknya negara yang tidak melindungi, memenuhi dan menghormati hak asasi manusia (HAM) tidak layak menjadi tuan rumah sebuah kegiatan Internasional seperti Olympiade. Sudah seharusnya seluruh masyarakat dunia, terutama para atlit untuk menentang pelanggaran HAM dan memboikot penyelenggaraan oympiade di RRC demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan di Negeri Bambu tersebut. Olehkarenya kami yang tergabung dalam Masyarakat Indonesia untuk Tibet menyatakan sikap sebagai berikut :

  1. Kepada Pemerintah RRC untuk segera menghentikan kekerasan terhadap Warga Tibet;
  2. Mendesak kepada Dewan Keamanan PBB untuk segera mengel;uarkan resolusi menyikapi masalah Tibet ;
  3. Mendesak Komite Olimpiade Internasional untuk mencabut mandat kepada pemerintah China sebagai tuan rumah penyelenggara olimpiade tahun  2008;
  4. Mendesak kepada pemerintah Indonesia untuk segera mengajukan nota protes atas terjadinya tragedi kemanusiaan yang terjadi di wilayah Tibet dan mempertimbangkan kembali pengiriman para atlit ke olimpiade ;
  5. Menghimbau kepada masyarakat dunia, khususnya para atlit untuk memboikot penyelenggaran olimpiade mendatang

 

Jakarta, 31 Maret 2008
Hormat kami,
Masyarakat Indonesia untuk Tibet


Lampiran : Surat Terbuka untuk Pemerintah China

IN CHINA; NO HUMAN RIGHTS! NO OLYMPIC!

This afternoon, a group of Indonesia civil society for Tibet consist of Global Human Rights Effort (GHURE), Human Rights Working Groups (HRWG), The Commision for disappearance and victim of violence (KontraS), Legal Aid Jakarta (LBH Jakarta), Yayasan Atap Dunia etc back to piclet in front of China embassy in Casablanca, Kuningan.
 
This action presented respresentative from several organization to speak out and call to China government to get free for TIBET! Free for TIBET !. In the protest also came  group of monks to represent their colleague who got violence and oppression from China. The monk delivered morality message to China government to stop doing violence. The participant also pray for victims. The prayers came from Budha, Moslem and Christian.

In the end of protest, participant read statement mentioned:

NO HUMAN RIGHTS! NO OLYMPIC! Free Tibet

Then reading of open letter for president of China, Hu Jintao. The letter was trying to open the heart of presiden Hu Jintau from deepen heart to change policy toward pluralism and democracy of policy

 

Attachment : Pers Release Protest for Tibet
 Open Letter for China Government

teaterikal kekerasan aparat RRC pada rakyat tibetaksi solidaritas untuk rakyat tibet
masa aksi longmarch didepat keduataan RRC di Jakarta
peserta aksi dengan hikmat mengikuti orasi dan doa
Usman Hamid turut berorasi di depat kedutaan RRC di JakartaPara biksu yang hadir untuk membacakan doa demi keselamatan rakyat tibet