Indra Tugaskan Polly Atas Permintaan BIN

JAKARTA, SELASA — Mantan Direktur Utama Garuda Indra Setiawan akhirnya mengakui bahwa penugasan pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto, pada bagian Corporate Security atas permintaan Badan Intelijen Negara (BIN) yang diterimanya.

Fakta ini sebelumnya tidak diungkapkan Indra saat dihadirkan sebagai saksi pada persidangan kasus pembunuhan Munir yang menghadirkan Pollycarpus sebagai terdakwa. Namun, hal itu diungkapkan Indra saat ia bersaksi dalam persidangan kasus yang sama, kali ini dengan terdakwa mantan Deputi V BIN Muchdi Purwopranjono di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (16/9).

Surat tersebut diterimanya sekitar bulan Juni-Juli 2004. Saat ditanya jaksa dan pengacara Muchdi kenapa hal tersebut tak diungkapkannya saat bersaksi pada persidangan Polly, Indra meminta untuk tidak menjawabnya. "Tidak ada paksaan atau tekanan saat itu, tapi saya minta untuk tidak menjawab pertanyaan ini majelis," ujar Indra.

Dalam surat bercap "rahasia" yang diterimanya, berisi permintaan agar Polly ditunjuk sebagai petugas yang diperbantukan sebagai staf perbantuan pada corporate secretary.  "Saya menganggap itu sebagai tugas negara. Disebutkan dalam surat itu bahwa Garuda sebagai perusahaan vital perlu ditingkatkan pengamanannya sehingga perlu staf bantuan untuk diperbantukan pada corporate secretary," kata Indra dalam kesaksiannya.

Surat tersebut ditandatangani Wakil Kepala BIN saat itu, M As’ad. Namun, surat tersebut tidak diagendakan dalam surat masuk seperti yang biasa dilakukan. Alasan Indra, "Surat itu dari lembaga intelijen negara dan saya berpendapat surat itu tidak boleh diketahui umum sehingga saya simpan sendiri," terangnya.

Namun, surat tersebut tidak langsung ditindaklanjuti karena kesibukannya. Hingga kemudian, Polly menanyakan mengenai penugasannya sesuai permintaan BIN. Keberadaan surat itu sendiri tidak diketahui. Sebab, surat itu hilang pada 31 Desember 2004 di Hotel Sahid. Saat itu surat berada di tas Indra yang ditinggalnya di dalam mobil karena ia akan melaksanakan shalat jumat. Sehabis shalat, ia menemukan kaca depan mobilnya pecah dan tas yang berisi dokumen lain, termasuk surat BIN, itu hilang.