Peringati HAM, Kontras Gandeng Nicholas Saputra cs

JAKARTA, KAMIS – Dalam rangka memperingati Hari HAM Internasional pada tanggal 10 Desember nanti, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menggandeng sejumlah pelaku seni sebagai ikon pendukung Human Love Human, sebuah gerakan sosial KontraS yang diwujudkan dalam penayangan sejumlah film bertemakan HAM di rangkaian acara Jiffest.

KontraS menggandeng sineas-sineas muda, seperti Nicholas Saputra, Riri Riza, Mira Lesmana, Arie Dagienkz and Arian 13, Darbotz, serta Efek Rumah Kaca. Mereka dipercaya untuk menggerakkan publik belajar peduli pada HAM dan mencintai orang lain. Tokoh-tokoh publik ini dipilih menunjukkan sosok anak muda yang tertarik dengan isu HAM serta memiliki perspektif yang luas mengenai kehidupan sosial politik.

Menurut Koordinator KontraS Usman Hamid, KontraS kali ini ingin memperlebar upaya literasi HAM kepada publik, terutama kepada kaum muda yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini. Oleh karena itu, cara pendekatannya pun disesuaikan dengan rencana ini.

"Kita ingin pendekatannya tidak seperti dulu. Kita ingin semakin ada perubahan dalam pendekatan-pendekatan itu. Ada ketertarikan sendiri untuk menyuarakan HAM," tutur Usman dalam keterangan pers di Kantor KontraS, Kamis (4/12). KontraS kemudian melihat jangkauan dampak yang dapat diraih jika bekerja sama dengan Jiffest, sebagai ajang pemutaran film yang disukai kalangan muda, sebagai wadahnya.

"Skala Jiffest sangat besar dan sebagai perwujudan misi kebudayaan yang begitu besar dan dekat dengan generasi muda penerus bangsa," tandas Usman. Istri mantan Koordinator KontraS alm. Munir mengatakan kerja sama dengan Jiffest dan penjangkauan ke kalangan muda adalah hal baru bagi KontraS, apalagi HAM yang selama ini terkesan keras.

"Selama ini HAM selalu terkesan keras tapi ada hal yang bersama-sama ingin kita lakukan dan human right itu ekslusif hanya sedikit yang melakukannya. Tapi kita mau ajak semua orang melakukannya," tutur Suci. Nicholas Saputra sendiri mengaku bahagia dipilih sebagai ikon Huma Love Human. Baginya, HAM merupakan hal sederhana yang bisa dimulai dengan mencintai sesama setiap harinya.

"Dulu boro-boro liat HAM. Kesannya keras. Tapi Human Love Human mendekatkan isu yang dulunya keras, jadi indah. Ide HAM diganti brilian. Tidak meringankan isu, tapi ini isunya," tutur Nico.