Laporan dari London
Tepuk Tangan untuk SBY di Kampus LSE dan Wisma Nusantara

London – Tepuk tangan membahana dari ruang Syeik Zayed, New Academic Building, Kampus London School of Economic and Political Science (LSE), London. Berselang beberapa jam kemudian, tepuk tangan pecah di halaman Wisma Nusantara di kawasan Bishops, London.

Standing applause itu ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di ruang kuliah LSE yang luas nan nyaman, Selasa (31/3/2009) waktu setempat, SBY memang seakan menjadi bintang. Dia berceramah dengan judul ‘Indonesia: Regional Role, Global Reach’.

Sebelumnya, sejumlah pemimpin negara juga berceramah di kampus ternama di London yang berada di depan Kantor berita BBC itu. Presiden Brazil, Lula Da Siva, juga menjadi magnet luar biasa beberapa waktu lalu. Pengunjung penuh sesak.

Hal yang sama juga terjadi saat SBY berceramah. Semua tempat duduk berwarna merah di dalam ruang itu benar-benar tak tersisa. Para mahasiswa, wartawan, dosen, dan kalangan lain dari berbagai negara termasuk Indonesia berkumpul di tempat itu.

Acara ini dipimpin oleh Howard Davis, Direktur LSE, yang cukup humoris. Di awal ceramahnya, SBY memuji LSE yang telah mencetak banyak orang penting. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dan juru bicara presiden bidang luar negeri Dino Patti Djalal, merupakan sebagian pejabat di Indonesia yang menjadi alumni sekolah itu.

Dalam ceramahnya selama sekitar 30 menit itu, SBY memaparkan kondisi Indonesia dalam berbagai bidang: ekonomi, sosial, dan politik. SBY menyinggung adanya 4 presiden dalam kurun waktu 1998-2004. Seorang analis, Thomas Friedman bahkan sampai mengatakan "Negara yang berantakan, terlalu besar untuk gagal, terlalu kacau untuk bekerja".

SBY juga menyinggung posisi Indonesia dalam demokrasi, posisi Indonesia di kawasan Asean dan dunia, dan hal-hal yang akan menjadi perhatian Indonesia dalam Forum KTT G-20 di London. SBY juga memaparkan krisis global dan upaya penanganannya, termasuk riwayat krisis yang dialami Indonesia pada 1998.

Saat SBY mengakhiri ceramah, tepuk tangan pun pecah di ruangan itu. Kemudian, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Ada sekitar 6 orang yang bertanya dari berbagai latar belakang. Pertanyaan itu antara lain, peran Indonesia di Asean, peran Indonesia dalam hubungan antar agama, hubungan Indonesia dengan Pakistan, dan pemecahan krisis global.

Acara ditutup sekitar pukul 17.00 waktu setempat, setelah satu jam acara berlangsung. Saat Presiden SBY dan rombongan meninggalkan lokasi, peserta berdiri dan memberikan tepukan lagi.

Ramah Tamah di Wisma Nusantara

Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, SBY kembali bertemu massa besar lagi. Kali ini yang dihadapi adalah mayoritas warga Indonesia yang tinggal di London dan kota-kota lain yang berdekatan.

Ratusan orang memadati halaman belakang kediaman asri Dubes RI untuk Inggris Yuri Octavian Thamrin. Halaman belakang disulap menjadi ruang pertemuan dengan dipasang tenda.

Acara diawali dengan makan malam bersama. Menu yang dihadirkan cukup sederhana: nasi putih, sop bihun, sayur nangka, dan daging ayam. Berbagai jenis buah-buahan semakin melengkapi lezatnya masakan Indonesia itu.

SBY didampingi sejumlah menteri dan pejabat lain. Sementara warga Indonesia yang berkumpul berasal dari latar belakang yang beragam, meski mayoritas adalah mahasiswa.

Usman Hamid, aktivis LSM dan Ketua Kontras, juga tampak di antara massa saat itu. "Saya di Inggris sudah sebulan lebih, karena istri saya sedang kuliah di sini," kata Usman yang mengenakan batik lengan panjang.

Seusai makan bersama, SBY kemudian memberikan pidato singkat. SBY memaparkan hasil-hasil pertemuan bilateral dengan sejumlah pihak. Dia juga bercerita pada Rabu, 1 April, dirinya juga masih akan terus melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pimpinan negara.

Saat SBY berpidato, tepuk tangan riuh beberapa kali juga terdengar. Acara juga dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sejumlah orang bertanya, termasuk tokoh masyarakat Indonesia di London.

Pertanyaan juga beragam, dari soal utang pemerintah Indonesia, diplomasi dengan Presiden AS Barack Obama, pemilu, dan lain-lain. SBY juga ditanya apakah akan tetap berkoalisi dengan Golkar pada Pemilu 2009.

Pertanyaan itu dijawab SBY setelah dia mengatakan bahwa dia menjawab secara pribadi, bukan sebagai presiden. Intinya, kata SBY, saat ini komunikasi antar partai politik terus dilakukan, termasuk yang dilakukan Partai Demokrat. Tapi, koalisi seperti apa yang akan dilakukan Partai Demokrat, SBY mengatakan hal itu akan diketahui setelah Pemilu legislatif.

Di bawah suhu dingin yang menusuk kulit dan tulang, sekitar 5 derajat Celcius, acara itu berakhir sekitar pukul 22.10 waktu setempat. Kemeriahan di Wisma Nusantara pun hilang, setelah para tamu yang hadir meninggalkan kawasan Bishops.

(asy/nik)