Merdeka dari Rasa Takut

Seorang musisi muda terkemuka, Glenn Fredly, mengajak kalangan nonmusisi aktivis, politisi, dan menteri memperingati Hari Kemerdekaan Ke-64 RI dengan tema ”Indonesia Unite”. Idenya menembus batas semua genre untuk sama-sama merenungkan arti kemerdekaan dalam konteks hari ini.

Sebagai prakarsa spontan menyikapi aksi peledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, persis sebulan yang lalu, Indonesia Unite telah didukung ribuan orang. Dengan semboyan ”Kami Tidak Takut”, komunitas ini mau menunjukkan kepada dunia satu perlawanan nasional terhadap terorisme. Acara yang digelar di halaman kantor majalah Rolling Stone pada 16 Agustus lalu ini dihadiri ratusan anak muda. Lewat ekspresi universal musik, mereka memperingati hari lahirnya bangsa Indonesia.

”Kami Tidak Takut” adalah ungkapan kegeraman melawan teror. Ia adalah ekspresi keberanian. Sebaliknya, aksi peledakan bom itulah aksi pengecut. Dikatakan demikian karena pelaku hanya berani menebar kekerasan, teror, dan ledakan bom sembunyi-sembunyi lalu memalingkan muka. Tak ada setetes pun kemuliaan di balik aksi semacam itu.

Merampas rasa aman
Aksi teror ini amat kita sesalkan. Ia adalah bentuk teror yang nyata. Para pelaku merenggut sejumlah nyawa manusia yang tak berdosa. Mereka merampas hak atas rasa aman, merenggut jalinan persahabatan, persaudaraan dan kasih sayang korban serta keluarga yang ditinggalkan. Mereka tak pernah mengenal cinta pada kemanusiaan. Mereka juga seolah mau menundukkan masyarakat Indonesia, termasuk pemimpin negaranya, dengan rasa takut.

Ia mau mencederai damainya proses demokrasi di Indonesia, mau menghancurkan kerja keras politik seluruh lapisan bangsa Indonesia lewat pemilu. Pada 25 Juli 2009, KPU menyatakan Indonesia telah mendapatkan presiden terpilih untuk lima tahun ke depan. Memang ada pro dan kontra bahkan penolakan hasil pencontrengan, tetapi itu tak ditempuh lewat cara teror. Pilihan penyelesaian lewat jalur hukum Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung adalah pilihan yang beradab.

Kita bersyukur setelah sempat cemas penolakan hasil pemilu memicu konflik kekerasan yang masif. Rasa syukur tersebut bercampur dengan rasa tak aman. Pasca-aksi teror terjadi aneka pengamanan ekstra tempat tinggal, lingkungan, hingga pusat keramaian publik. Tampaknya masyarakat kita masih terbayang-bayangi rasa takut. Itu wajar.

Perlawanan universal
Rasa takut telah lama menjadi musuh umat manusia. Michel de Montaigne dari Perancis berkata, ”The thing I fear most is fear.” Lalu ada pula ungkapan terkenal se- panjang perjalanan politik Amerika dalam melawan rasa takut, yakni ucapan Presiden Franklin Delano Roosevelt: ”The only thing we have to fear is fear itself.”

Di Indonesia, aktivis pejuang HAM Munir pun berkata, ”Kita tak perlu takut akan senjata dan tank-tank perang. Yang harus kita takutkan adalah rasa takut itu sendiri. Sebab, ia menghilangkan akal sehat dan kecerdasan kita.”

Melawan rasa takut adalah perlawanan universal. PBB di dunia terus menegaskan perjuangan dua nilai kemerdekaan yang fundamental, yakni kebebasan dari rasa takut (freedom from fear) dan kebebasan dari kekurangan (freedom from wants).

Oleh karena itu, para penegak hukum tak boleh ragu untuk menindak siapa pun yang berada di balik aksi peledakan bom di Marriott dan Ritz-Carlton. Kita ingin menyaksikan tiang-tiang hukum ditegakkan. Agar kita terbebaskan dari rasa takut dan kekurangan. Lewat pemilu, rakyat Indonesia telah memercayakan masa depannya kepada presiden- wakil presiden dan legislator terpilih. Kita menyadari tak semua janji kampanye benar-benar bisa direalisasikan.

Realisasi itu fondasinya tecermin dari apa yang akan kita lihat dalam hari-hari mendatang. Apakah kita masih takut untuk mengekspresikan pendapat, berperjalanan, takutkah anak-anak kita akan penjara karena menikmati masa belia, amankah pelaku usaha dari teror, takutkah buruh memperjuangkan kesejahteraannya, atau masihkah petani miskin cemas menggarap lahannya sendiri?

Dan juga, apakah kita masih takut bencana alam akibat eksploitasi alam dan pencemaran lingkungan, atau apakah warga Indonesia yang hendak merantau ke luar negeri masih takut akan kekerasan sang majikan dan pulang tanpa keadilan? Perjuangan kemerdekaan kita masih akan panjang. Kita harus bersatu dalam Indonesia sambil terus memperjuangkan kebebasan dari rasa takut. Merdeka!

Usman Hamid Koordinator Kontras