MUNIR, Simbol Pengingat Perjuangan HAM di Indonesia

suarasurabaya.net| Pada 7 September merupakan tanggal saat MUNIR meninggal dunia, dan disepakati sejumlah perwakilan masyarakat dalam deklarasi Pembela HAM Indonesia sebagai Hari Pembela HAM.

Ini dikatakan ANDY IRFAN Ketua Kontras Surabaya saat jadi pembicara acara memperingati Hari Pembela HAM se-Indonesia dan 5 tahun meninggalnya MUNIR pejuang HAM di Indonesia, Forum Studi dan Advokasi Mahasiswa (Forsam) Fakultas Hukum (FH) Unair dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya menggelar acara diskusi di Gedung A FH Unair, Senin (07/09).

Kematian MUNIR, aktivis HAM Indonesia yang diduga meninggal karena diracun, ini dikatakan ANDY dapat dijadikan hikmah bagi bangsa Indonesia. “Bahwa karena kematian MUNIR, Indonesia mempunyai simbol pengingat agar tidak lupa dengan perjuangan HAM di Indonesia,” ujar ANDY.

ANDY mengatakan suatu hal yang ironis saat instrumen hukum di Indonesia sudah ada, tapi hal ini tidak sebanding dengan proses pelaksanaan HAM. Selain itu ia juga menjelaskan potensi pelanggaran HAM yang biasa terjadi adalah terdapat korban pelanggaran HAM, tetapi tidak ada pelakunya.

“Seolah-olah semua menjadi bisu jika menyangkut masalah pelanggaran HAM ini. sementara pelanggaran HAM itu seperti menjadi tidak ada artinya,” keluhnya.

MUCHAMMAD ZAIDUN Dekan FH Unair pembicara lainnya mengatakan kejadian yang dialami MUNIR dikatakan sebagai resiko karena menjadi seorang pembela HAM. Karena itu dengan sedikit bercanda ia mengatakan jika ada seseorang yang ingin menjadi pejuang HAM untuk berpikir dua kali.

“Tapi Bangsa Indonesia juga tidak akan mempunyai harkat dan martabat kalau masih banyak pelanggaran HAM yang terjadi. HAM memang merupakan suatu hal esensial yang penting dan harus diperjuangkan,” kata ZAIDUN.

Menurut ZAIDUN dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang taken for granted begitu saja. Semua hal dimulai dari hal yang kecil lalu diperjuangkan. “Yang paling sulit adalah bagaimana meyakinkan semua orang bahwa HAM ini harus diperjuangkan. Karena itu untuk menjadi seorang pejuang HAM harus memiliki keberanian, kemauan, kepercayaan bahwa HAM memang penting bagi manusia,” imbuhnya.

Dalam acara yang sebagian besar dihadiri mahasiswa FH Unair ini, hadir pula SUCIWATI MUNIR aktivis HAM dan istri almarhum MUNIR. Di awal acara, ia sedikit bercerita mengenai perjuangan para aktivis HAM yang tidak akan berhenti memperjuangkan penegakan HAM di Indonesia seperti yang dilakukan almarhum suaminya.(far/ipg)

Teks Foto :
SUCIWATI istri almarhum MUNIR turut hadir dalam acara ini.
Foto : FARIDA suarasurabaya.net