21 Tahun Peristiwa Talangsari Lampung

Membangun Situs Ingatan di Dusun Talangsari III

“…Pak SBY pernah berjanji dalam pertemuan dengan keluarga korban di Istana Negara 26 Maret 2008, lima hari setelah pertemuan akan mengirim tim ke Talangsari dan akan segera dibangun infrastruktur di dusun Talangsari berupa listrik, perbaikan jalan dan saran air bersih. Tapi sampai degan hari ini janji itu tidak terbukti.”

Pernyataan diatas disampaikan oleh Azwar Kaili (63) dalam agenda kunjungan bersama – sama dengan Paguyuban Korban dan Keluarga Korban Talangsari Lampung (PK2TL) dibeberapa kantor media diantaranya Lampung Post, Radar Lampung dan Lampung TV dalam rangka memperingati 21 tahun persitiwa Talangsari Lampung.

Pada tahun yang ke – 21 ini, KontraS bersama dengan PK2TL, Aliansi Jurnalis Independen dan beberapa organisasi masyarakat sipil di Lampung seperti LBH Bandar Lampung dan Tehnokra Universitas Negeri Lampung membuat serangkaian agenda dengan konsep memorialisasi, mengingat kegentingan mendasar yang paling dirasakan saat ini adalah “penyakit lupa” dan “ahistoris.” Dalam pelaksanaannya, keluarga korban mengambil peran yang cukup penting dan dominan, antara lain pembentukan kepanitiaan dan mengisi materi acara.

Kegiatan ini dibagi dalam beberapa rangkaian kegiatan antara lain pada 5 februari 2010, menggelar siaran pers di kantor AJI Bandar Lampung. Dalam acara ini hadir beberapa media lokal diantaranya Lampung Post, Tribun Lampung, Radar Lampung, Lampung TV dan beberapa media nasional, diantaranya Media Indonesia dan Koran Tempo. Perwakilan keluarga korban yang hadir dalam acara ini antara lain; Edi Arsadad, Jayus, Amir, Nurdin, Rasmin dan Parmo. Selain itu, hadir dan turut mendampingi dari LBH Bandar Lampung, Fauzi Silalahi.

Sebagai pembuka siaran pers, Chrisbiantoro, dari KontraS menyampaikan bahwa peringatan kasus Talangsari ini berbeda dari tahun – tahun sebelumnya. “Kami bersama keluarga korban membangun Musholla tepat dilokasi untuk mengingatkan publik dan pemerintah agar tidak melupakan kasus ini.”Selanjutnya, Rasmin (73) menyatakan, “Kami tidak habis pikir kenapa pemerintah tidak kunjung membangun dusun Talangsari III, apakah kami masih dituduh bersalah ?.”Pernyataan Rasmin tersebut membuka fakta kemiskinan dan keterbelakangan yang masih dialami oleh korban Talangsari akibat pembiaran yang terus dilakukan oleh pemerintah. Jayus (56) menambahkan tentang kondisi tersebut, menurut Jayus, “pemerintah desa justru memusuhi para korban dan selalu mengancam tidak akan membangun infrastruktur dusun Talangsari III selama korban masih mengungkit kasus ini”.

Setelah selesai menggelar siaran pers, keesokan harinya pada 6 Februari 2010, KontraS dan beberapa keluarga korban Talangsari melakukan road show media, beberapa media yang didatangi diantaranya kantor media lampung post, kantor media radar lampung dan kantor lampung TV. Dalam agenda ini materi yang disampaikan diantaranya; pertama; mengundang media untuk hadir dalam peresmian Musholla, kedua; meminta dukungan kepada rekan – rekan media untuk tidak lelah menyebarkan pesan korban dan kebenaran yang belum terungkap hingga kini, ketiga; melalui media mendorong pemerintah untuk memulihkan hak para korban dan segera membangun infrastruktur di dusun Talangsari III seperti sarana air bersih, listrik, pengerasan jalan dan fasilitas pendidikan serta kesehatan yang terus menerus diabaikan oleh pemerintah.

Tanggapan jajaran pimpinan redaksi dari kantor media yang dikunjungi oleh KontraS dan keluarga korban sangat positif, salah satu outputnya, media – media tersebut membuat liputan khusus pada momentum 21 tahun kasus Talangsari dan puncak acara saat peresmian Musholla di Talangsari, bahkan secara lebih khusus Lampung TV membuat talk show yang menyorot kemiskinan dan keterbelakangan korban.

Dihari yang sama, perwakilan PK2TL dan KontraS diterima oleh DPW NU Lampung, hadir menemui korban ketua dewan Syuriah KH.Syamsudin Tohir di lokasi Pondok Pesantren Darul Amal, dalam pertemuan tersebut, KH Tohir berjanji akan menyuarakan persoalan keterbelakangan warga Talangsari kepada dewan tanfid PW NU Lampung dan PB NU, harapannya dapat menjadi salah satu agenda pembahasan di Mukhtamar NU mendatang.

Puncak dari agenda 21 tahun peringatan Talangsari jatuh pada 7 Februari 2010, acara yang dilaksanakan didusun Talangsari III tersebut dimulai pada Pk. 14. 00 wib dengan beberapa rangkaian acara yang telah disusun oleh keluarga korban selaku panitia. Pertama – tama, acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al – Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan sambutan – sambutan, khususnya dari perwakilan keluarga korban diwakili oleh Suparmo. Dalam sambutannya Suparmo menyatakan “bahwa sesungguhnya keluarga korban tidak dendam, kami hanya menuntut pengakuan negara atas peristiwa pembantaian di Talangsari dan mengembalikan hak para korban.” Selain dari korban, Beni Biki, keluarga korban Tanjung Priok juga turut memberikan sambutan dan dukungan terhadap perjuangan korban Talangsari. Acara turut diselingi oleh pembacaan dua buah puisi oleh pak Amir, salah satu korban Talangsari.

Setelah itu, Yati Andriyani, selaku perwakilan KontraS, juga turut memberikan kata sambutan, dalam sambutannya yati menyatakan “ semoga Musholla ini bisa menjadi simbol kebangkitan korban dan membuka mata dan kesadaran penguasa untuk memulihkan hak para korban.”Puncak acara ditutup dengan tausiah yang diberikan oleh KH. Maman dari Cirebon yang secara khusus hadir untuk memberikan dukungan bagi perjuangan korban. Dalam ceramahnya, KH. Maman atau yang biasa dipanggil Kang Maman akan membantu anak – anak Talangsari untuk belajar Qur’an dan memainkan alat musik dari bambu, harapannya semoga anak – anak Talangsari bisa hadir dalam festival kesenian dunia di Yunani. Kang Maman juga berjanji secara khusus akan hadir kembali ke Talangsari pada Maulud Nabi SAW mendatang dan kembali memberikan penguatan kepada warga korban.