Usir Gay-Lesbian, Massa Serbu Hotel Oval

SURABAYA – SURYA- Penolakan terhadap komunitas gay dan lesbian yang berencana menggelar kongres berlabel The International Lesbian and Gay Association (ILGA) Asia Regional Conference, semakin keras.

Puluhan massa mengatasnamakan Forum Persatuan Umat Islam (FPUI) Jatim berbondong-bondong mendatangi Hotel Oval di Jalan Diponegoro, Jumat (26/3) siang. Mereka mencoba mengusir tamu hotel yang merupakan peserta kongres gay dan lesbian.

Lebih dari 50 orang dari FPUI yang di dalamnya termasuk massa FPI (Front Pembela Islam), berkumpul di halaman maupun lobi hotel. Hingga pukul 20.00 WIB, massa masih bertahan, begitu pula para peserta kongres.

Mohammad Choiruddin, penanggung jawab aksi, mendesak peserta kongres gay dan lesbian segera keluar dari hotel kemudian melanjutkan perjalanan ke Bandara Juanda. FPUI menghendaki agar peserta kongres kembali ke negaranya atau keluar wilayah Jatim.

“Mereka menawar tetap tinggal di hotel hingga Minggu (28/3). Kalau mereka tidak menurut, kami tidak bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu,” jelas Choiruddin.

Sekitar pukul 18.30 WIB, aparat Polresta Surabaya Selatan berhasil mendamaikan kedua belah pihak dalam perjanjian. Intinya, peserta dari dalam negeri segera meninggalkan hotel, sementara peserta dari luar negeri akan meninggalkan hotel sesuai dengan jadwal kepulangan.

Dalam perjanjian tersebut, pihak FPUI bersedia menjamin keamanan para peserta yang meninggalkan hotel. Sementara peserta asing yang masih bertahan di hotel diperbolehkan menginap, namun dilarang meninggalkan hotel.

Sepanjang aksi, sejumlah perwakilan FPUI dan FPI sibuk bernegosiasi dengan pihak kepolisian dan manajemen hotel. Mereka sempat emosi ketika pihak manajemen hotel menunjukkan surat pernyataan berisi tidak akan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan peserta ILGA di dalam hotel.

“Kami dari pihak hotel berjanji tidak akan memfasilitasi kegiatan ILGA yang dilakukan di hotel,” ujar salah satu staf membacakan keputusan manajemen

Namun, pernyataan itu ditolak mentah-mentah karena awalnya FPUI menghendaki seluruh peserta kongres meninggalkan hotel yang terletak sekitar 100 meter dari Kebun Binatang Surabaya itu.

Kapolsekta Wonokromo AKP Kadarisman mengatakan, aparatnya yang sudah hadir sekitar pukul 12.00 WIB itu akan mengambil tindakan tegas jika massa bersikap beringas. Sedangkan KH Muhammad Gofir Abdurahman, Wakil Ketua FPI Jatim, mengungkapkan akan mengawal seluruh peserta hingga ke Juanda.

Kericuhan sempat terjadi saat wartawan mewawancarai aktivis Kontras Surabaya, Maria Mustika yang juga Tim Advokasi Gaya Nusantara yang berada di lobi hotel. Saat mengetahui ketika yang diwawancarai adalah pihak panitia, sejumlah aktivis FPI kemudian mengusir Maria.

Sebelumnya Maria mengungkapkan kegiatan kongres yang semula dijadwalkan pada Jumat (26/3), di Hotel Mercure Surabaya, memang sudah dibatalkan. Namun, sekitar 200 peserta yang sebagian besar dari luar negeri telanjur tiba di Surabaya. Mereka tidak bisa serta merta pulang ke negaranya karena telah memegang tiket pesawat sesuai jadwal kepulangan. Sedianya kongres ILGA berlangsung hingga Minggu (28/3).

“Akhirnya mereka di sini sekadar untuk jalan-jalan di Surabaya. Kan tidak mungkin bisa langsung pulang ke negerinya,” jelas Maria sesaat sebelum terjadi keributan dengan pihak FPUI.

Sekitar pukul 16.30 WIB, Kapolresta Surabaya Selatan AKBP Bahagia Dachi sempat datang di Hotel Oval. Dia langsung menemui perwakilan peserta kongres. Sekitar sepuluh menit kemudian, Dachi turun dan menyampaikan hasilnya kepada FPUI. Selama di Hotel Oval, Dachi menyebutkan para peserta itu tidak melakukan pertemuan apapun.

”Dan itu saya jamin. Untuk selanjutnya mereka mengerti dan paham, serta bersedia meninggalkan tempat. Tapi tidak seluruhnya, karena ada yang terbentur dengan jadwal penerbangan, terutama yang WNA,” jelas Dachi.

Salah satu peserta kongres, Gayatri, mengatakan, menyesalkan terjadinya peristiwa itu. “Ini menjadi perhatian internasional, karena para korbannya adalah warga asing,” kata aktivis perempuan yang baru menyelesaikan studi di Kanada ini.

Dia juga mengaku heran dengan alasan pengusiran ini “Ini adalah hak kami berserikat sebagai warga negara yang dilindungi undang-undang,” ujarnya.

Sementara itu, tokoh gay-lesbian Indonesia, Dede Oetomo PhD menilai tindakan tersebut sebagai cara orang yang tidak mau melihat perbedaan. Apalagi, menurutnya, GAYa Nusantara tidak pernah memaksakan orang lain untuk mengikuti orientasi seks mereka. « Jadi, apa yang salah dengan organisasi ini,” tambahnya.nrie/ytz/uca