Kontras: Jangan Lupakan Mei 98

Jakarta – Mei akan selalu diingat sebagai bulan yang dipenuhi berbagai peristiwa politik dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Di bulan ini, sebelas tahun silam, ribuan anak muda dari seluruh penjuru Indonesia turun kejalan dimana sebuah rezim yang telah berkuasa selama 32 tahun akhirnya berhasil ditumbangkan.

Ingatan akan tragedi 12 Mei 1998 juga masih terekam jelas. Kala itu 4 mahasiwa Trisakti tewas selepas aparat menembakkan timah panas ke Kampus Trisakti di Grogol, Jakarta Barat. Tidak bisa dilupakan ketika menghitung hari selanjutnya 13 hingga 15 Mei 1998, Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia dibanjirkan oleh darah dan air mata. Duka kolektif pun tak berkesudahan terjadi pada mereka yang menjadi korban, ditinggalkan keluarganya dan mengalami trauma.

Kini Mei kembali datang menyegarkan kembali ingatan masyarakat Indonesia atas momen krusial menjelang detik-detik jatuhnya rezim orde baru saat itu. Mereka yang telah menjadi korban selalu berdiri di tepi garis perlawanan untuk menagih janji perubahan dan kebenaran sebagai sebuah hak agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi.

Sebagai wujud kesadaran dan kepedulian atas peristiwa politik tersebut, sekumpulan masyarakat sipil Indonesia akan melakukan serangkaian acara untuk memperingati peristiwa di bulan Mei dengan tajuk May Tribunal.

" May Tribunal memang bukanlah peradilan HAM sesungguhnya yang seharusnya sudah dilakukan oleh negara sebagai bentuk pertanggung jawaban. May Tribunal adalah peradilan rakyat yang dititik beratkan pada penegakan keadilan moralitas," ujar anggota Divisi Impunitas Kontras Ali Nursyahid seperti dikutip dalam rilis yang diterima detikcom, Senin (11/5/2009)

Ali mengatakan, melalui May Tribunal dapat bersama-sama membangun politik secara positif akan terwujudnya penegakan HAM yang kokoh di masa depan.

"Dengan merealisasikan sebuah pengadilan HAM adhoc yang bisa mengadili para penjahat HAM, musuh-musuh seluruh umat manusia yang hingga kini bebas dan leluasa," kata Ali. (mpr/anw)