Kami Tak Ingin Kehilangan Mas Usman

JAKARTA, tribunkaltim.co.id – Mulanya, bulat sudah keputusan Usman Hamid, aktivis hak asasi manusia, menerima pinangan Partai Demokrat. Kamis (17/6/2010) dinihari di salah satu sudut Kantor Kontras Usman didampingi sejumlah aktivis Kontras berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.Wajah Anas terlihat sumringah.

Dinihari itu, di tengah rinai gerimis usai Mexico mengalahkan Spanyol 1-0, Anas berhasil memenangkan hati Usman dan aktivis Kontras setelah hampir dua jam meyakinkan mereka bahwa Partai Demokrat membuka ruang seluas-luasnya kepada Usman dan Kontras untuk memperjuangkan apa yang selama ini mereka perjuangkan, yaitu keadilan bagi para korban pelanggaran HAM.

"Anas berhasil meyakinkan kami bahwa Partai Demokrat bisa kami gunakan sebagai ruang politik yang lebih luas untuk memperjuangkan korban. Dinihari itu kami seperti tidak punya alasan untuk menolak tawaran Demokrat," ucap aktivis Kontras Papang Hidayat dalam perbincangan dengan Kompas.com, Jumat kemarin.

Pinangan Demokrat datang sekitar tiga pekan lalu. Anas sendiri yang menghubungi Usman menyampaikan tawaran ini. Selama tiga pekan itu pula Usman dan Kontras sibuk "berpikir". Meski tawaran itu sifatnya personal, Usman merasa secara moral ia tidak bisa memutuskan sendiri.

"Saya adalah Koordinator Kontras. Mau tidak mau saya adalah representasi dari aktivis hak asasi manusia. Apapun keputusan saya, sedikit banyak pasti berpengaruh terhadap citra perjuangan HAM. Maka, bagi saya, ini bukan lagi urusan personal saya dengan Partai Demokrat. Saya merasa berkepentingan meminta pertimbangan dari banyak pihak," tutur Usman.

Tak kurang dari 1.500 pesan pendek (SMS) dikirim Usman kepada relasi-relasinya di segala lapisan masyarakat. Ada rekan aktivis, akademisi, tentara, polisi, pejabat pemerintahan, anggota dewan, pengacara, aktivis partai, tokoh masyarakat, dan tak lupa para korban yang selama ini didampingi Kontras.

"Kami di Kontras lantas melakukan analisa atas berbagai masukan itu. Hasilnya, mayoritas pendapat dan nasihat tidak menabukan partai politik. Sebagian besar mengatakan tawaran ini adalah kesempatan untuk melembagakan perjuangan Kontras dalam koridor demokrasi yang lebih luas, yaitu melalui partai politik," ungkap Usman.

Beragam masukan ini dan pemaparan Anas yang bersedia datang ke kantor Kontras menjelang tengah malam menebalkan keyakinan Usman untuk menerima pinangan. Namun, ketetapan hati Usman runtuh hanya dalam beberapa jam. "Usai shalat subuh saya mendapat telepon dari Pak Rahardjo Utomo, ayah dari Petrus Bima Anugerah, korban penculikan aktivis 98. Kata-kata Pak Utomo membuat saya menangis," tuturnya.

Usman mencatat kata-kata Utomo dalam secarik kertas: Kami pada dasarnya tidak mengerti politik. Kami menyampaikan ini sebagai orang tua karena Mas Usman sudah kami anggap sebagai anak sendiri. Kalo Mas Usman bergabung di pemerintahan, kami mendukung karena kami yakin Mas Usman ada pada posisi yang bisa mempengaruhi sebuah keputusan. Tapi, kalau di partai kami tidak rela. Kami telah kehilangan Petrus. Kami juga telah kehilangan teman-teman aktivis yang bergabung di partai. Kami tidak rela harus kembali kehilangan. Kami tak ingin kehilangan Mas Usman. Di demokrat mungkin Mas Usman mendapat sesuatu yang lebih secara pribadi. Sementara berjuang bersama kami tak ada yang bisa kami janjikan. Kita telah berjuang bersama selama belasan tahun, kalaulah kita belum menghasilkan apa-apa, janganlah Mas Usman merasa lelah. Kalau Mas Usman pergi siapa lagi teman kami? Semoga Mas Usman tetap menjadi ikon perjuangan kami.

"Pesan Pak Utomo seperti mengorisinalisasi kembali eksistensi Kontras. Kami ada karena korban. Dan, suara mereka adalah faktor determinan keputusan saya. Saya memutuskan untuk tetap bersama mereka di luar sistem. Saya menghargai tawaran Mas Anas dan saya berharap kerja-kerja Mas Anas di dalam partai dan kami di luar partai bisa saling mendukung untuk menjadikan politik sebagai ruang kebajikan memuliakan martabat manusia," papar Usman.

Kamis siang, satu jam sebelum Anas mengumumkan susunan pengurus Partai Demokrat, Usman menemui Anas di kantor DPP Partai Demokrat, Rawamangun, Jakarta Timur. Akhirnya, nama Usman pun tidak tercantum dalam struktur baru kepengurusan partai yang disampaikan Anas di hadapan para wartawan. (kompas.com)