Pragmatis, NU-Muhammadiyah Sama Seperti Parpol

Jakarta, RMOL. Masuknya orang-orang intelijen ke tubuh organisasi kemasyarakatan tidak murni sebagai keinginan orang-orang tersebut untuk mengabdi di Ormas. Tapi ada desain besar yang menginginkan mereka masuk menjadi pengurus inti di Ormas tersebut.

Hal itu dikatakan Sekjen Koalisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (Kontras) Oslan Purba mengomentari mantan Wakil Kepala BIN M Asad Said Ali yang masuk dalam pengurus PBNU dan mantan Deputi V BIN Muchdi Pr yang maju jadi calon Pimpinan Muhammadiyah.

"Ada skenario yang sedang dimainkan intelijen dan penguasa untuk mengintervensi organisasi besar," ujarnya saat dihubungi Rakyat Merdeka Online (Senin, 5/7).

Dia menilai penyusupan orang-orang tertentu di tubuh Ormas besar adalah untuk mengendalian Ormas tersebut dari dalam. Karena menurutnya, Pengendalian dari dalam jauh lebih mudah.

"Nah, alasan untuk mengumpulkan informasi organisasi untuk membatasi dan mencegah pengaruh teroris tidak logis. Karena teroris saat ini adalah buatan," tegasnya.

Apa yang membuat Ormas begitu mudah menerima orang-orang yang dinilai publik terlibat dalam pelanggaran HAM?

"Pragmatis saja. Karena sudah dihantui oleh politik pragmatis. Yang penting bisa mendapatkan keuntungan politik, meski keluar dari kepentingan publik. Soal kerugian nama baik, kan bisa dipoles.

"Inilah watak politik kita, termasuk Ormas. Ormas juga pragmatis dengan memasukkan elit-elit pengusaha dan orang yang terkait dengan hukum dan HAM. Kalau sudah pragmatis, Ormas sudah tak layak mengkritisi partai lagi," tegasnya.[zul]