Sebelum dianiaya, polisi temui Tama

JAKARTA (Bisnis.com): Pihak kepolisian sudah mengetahui Tama Satrya Langkun menjadi target kekerasan sehari sebelum aktivis anti korupsi itu dianiaya orang tak dikenal pada 8 Juli 2010. Seorang polisi berpangkat ajun komisaris besar menemui Tama dengan perantara teman kuliahnya.

Hal itu disampaikan dalam hasil investigasi sementara Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan ICW sejak kasus itu terjadi.

Wakil Koordinator Kontras Harry Azhar mengatakan dalam investigasi tersebut, pihaknya menemukan bahwa kepolisian sudah mengetahui Tama akan menjadi target.

“Sejak 7 Juli 2010, kepolisian telah mengetahui bahwa Tama merupakan individu yang potensial mengalami ancaman kekerasan,” ujar Harry kepada pers saat menyampaikan hasil temuan tersebut. “Kami akan terus mengembangkan penyelidikan ini.”

Harry menuturkan hasil temuan sementara itu mengungkapkan seorang polisi yakni Ajun Komisaris Besar Polisi Suparmono pada 5 Juli 2010 pernah ingin menemui Tama—melalui teman kuliah Tama, bernama Hendra— terkait dengan rekening mencurigakan perwira tinggi.

Keduanya akhirnya bertemu pada 7 Juli 2010 dan membicarakan soal keresahan anggota polisi mengenai advokasi rekening gendut yang dilakukan ICW.

Pada pertemuan tersebut, Supamono dengan anak buahnya menemui Tama secara personal terkait dengan rekening mencurigakan perwira tinggi.

Selain pembicaraan soal rekening gendut, kata Harry, anggota polisi dari Polda Metro Jaya itu juga menawarkan bantuan keamanan kepada Tama. “Jika ada yang terjadi, hubungi saya,” ujar Harry mengutip pernyataan Suparmono kepada Tama.

Setelah itu, Tama menghubungi rekannya untuk menonton Piala Dunia secara bersama-sama di Café Loka, kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Aksi penyerangan terhadap Tama dilakukan pada 8 Juli 2010 di pagi hari, di mana Tama selesai menonton Piala Dunia bersama dengan rekannya Muhammar Khadafi.

Ketua LBH Jakarta Nurkholis mengatakan dengan adanya temuan tersebut, pihaknya meminta Presiden untuk segera membentuk tim khusus investigasi terkait dengan kasus kekerasan itu. Dia memaparkan ancaman maupun aksi kekerasan tersebut muncul setelah adanya advokasi kelompok masyarakat sipil mengenai rekening gendut perwira tinggi kepolisian.

Menurut dia, pihaknya selalu mendampingi Tama dalam pemeriksaan kepolisian yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Nurkholis menilai penyidik kepolisian justru mengarahkan aksi penyerangan Tama dengan persoalan-persoalan pribadi seperti judi bola, asmara hingga masalah internal kantor ICW.

“Kami mendampingi pemeriksaan dan mendapatkan arahnya justru lari ke persoalan pribadi, seperti judi bola atau masalah asmara. Tetapi, penyelidikan kami akan terus kembangkan karena ada beberapa hal yang harus ditindaklanjuti,” ujar Nurkholis.(htr)