Nanan-Oegro Makin Dijagokan Menjabat Kapolri

KANDIDAT yang bakal menggantikan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) terus digodok Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Kabar yang beredar di lingkungan Mabes Polri menyebutkan, dari delapan nama yang diusulkan kini tinggal dua nama yang ditimang-timang. Yakni, Irwasum Mabes Polri Komjen Pol Nanan Soekarna dan Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Oegroseno.

Dari sisi angkatan, keduanya adalah Akpol 1978, sangat ideal menjabat Kapolri karena waktu pensiun masih panjang. Memang, Irjen Pol Bambang Suparno (Akpol 1980) juga disebut-sebut sebagai kandidat kuat. Namun, posisinya sekarang (staf ahli Kapolri) dinilai belum cukup ”kuat” untuk mengangkat bursa akseptibilitasnya.

Sinyal dua jenderal itu ”dekat" dengan istana juga cukup kuat. Nanan Soekarna, misalnya, mewakili Kapolri dalam upacara pengukuhan Paskibra di istana pada 15 Agustus 2010.

Mengapa bukan Wakapolri Komjen Pol Jusuf Manggabarani? Pertanyaan itu hanya dijawab senyum oleh Nanan. Saat ditanya wartawan soal pencalonan dirinya sebagai kandidat kuat Kapolri baru, Nanan selalu berujar dengan jawaban klasik. ”Kita serahkan kepada pimpinan dan serahkan kepada Yang di Atas,” katanya.

Lalu, Irjen Pol Oegroseno. Saat Kapolri BHD absen mendampingi SBY dalam upacara Hari Pramuka 14 Agustus 2010, yang tampil adalah Oegroseno. Bahkan, Kapolda Sumatera Utara itu mendapatkan penghargaan yang disematkan langsung oleh presiden.

Sama dengan calon-calon yang lain, saat ditanya soal pencalonan dirinya, Oegro selalu hemat komentar. Dia tidak ingin berpolemik dan berandai-andai. ”Kalau berbicara soal Sumatera Utara, oke-oke saja,” kata Oegro.

Aktivis Kontras Usman Hamid menilai, Nanan maupun Oegro sama-sama berpeluang. ”Dari sisi kepangkatan, Nanan sudah pas karena dia sudah bintang tiga,” kata Usman.

Nanan juga komunikatif dan dikenal piawai membangun lobi. Saat menjabat Kadivhumas, Nanan rajin turun ke LSM-LSM lsm dan komunitas yang getol mengkritik Polri. ”Dari sisi itu (komunikasi) Nanan memang punya nilai lebih,” ujarnya.

Namun, Oegroseno juga punya rekam jejak positif di kalangan LSM. Saat menjabat Kadivpropam Mabes Polri, Oegro dikenal sangat tegas. Saat Kontras dan sejumlah LSM melaporkan dugaan rekayasa kasus Aan dalam kepemilikan narkoba, Oegro langsung merespons. Namun, tiba-tiba Oegro dimutasi sebagai Kapolda. ”Integritas Oegroseno lumayan teruji dan tidak mudah dipengaruhi oleh kekuasaan,” katanya.

Neta Sanusi Pane dari Indonesia Police Watch menilai, dalam bulan ini manuver-manuver antarkandidat bakal tambah seru. ”Sebab, posisi Kapolri sangat menentukan gerbong di bawahnya. Jadi, wajar kalau ada aksi dukung-mendukung,” tuturnya.

Penulis buku Jangan Bosan Kritik Polisi itu menyebutkan, dari hitung-hitungan angkatan, 1978 lebih berpeluang jika dibandingkan dengan 1977 atau 1980. Di angkatan 1977, ada Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi. Namun, dari sisi usia hanya akan menjabat kurang dari dua tahun sebelum pensiun. ”Memang, yang seru adalah antara ’78 dan ’80,” katanya. (rdl/c4/iro)