Kontras Sebut Densus 88 Mabes Polri Takabur

TEMPO Interaktif, Jakarta – Koordinator Kontras Usman Hamid menilai tindakan Densus 88 yang langsung mengambil alih kasus perampokan CIMB Niaga sebagai sesuatu yang terlalu berlebihan dan takabur. Karena itu Usman meminta Kapolri untuk segera mengevaluasi kinerja Densus tersebut.

“Tindakan Densus terlalu berlebihan, bahkan bisa mengganggu kepolisian daerah setempat,” kata Usman saat dihubungi Tempo, Senin (20/9).

Menurut Usman, apa yang dilakukan Densus seperti tidak percaya pada kemampuan Polda Sumatera Utara. Hal tersebut, ujar dia, sangat ironis mengingat ‘Kapolri’ di Sumatera Utara adalah Kapolda. “Masak nggak percaya penanganannya dilakukan pada Oegroseno yang jenderal bintang dua. Ini kan aneh, apalagi yang turun ke sana pangkat Kombes-Kombes,” kata dia.

Selain karena alasan ‘potong kompas’, sikap berlebihan Densus, kata Usman, juga ditunjukan dengan penembakan ditempat pada para tersangka teroris. Penembakan ditempat tanpa adanya prakondisi yang memungkinkan adalah tindakan yang tidak benar. Prakondisi yang dimaksud, misalnya, apakah benar aparat terancam. Jika memang benar terancam, tembak ditempat bisa dilakukan. “Itu pun harus terukur. Ditembak di kakinya, bukan di bagian-bagian yang mematikan,” ujar Usman.

Polisi, terang Usman, berbeda dengan militer. Jika militer melumpuhkan musuh dengan menembak mati, maka doktrin polisi adalah asas praduga tidak bersalah. Karena itu dalam penanganan kasus terorisme sekalipun, polisi harus memegang doktrin tersebut. “Densus harus melumpuhkan, bukan mematikan,” kata dia. Apa yang dilakukan Densus dengan tindakan mematikan tersebut, tegas Usman, telah jelas-jelas melanggar HAM.

Karena itulah Kontras meminta kinerja Densus untuk segera dievaluasi. Densus, kata Usman, tidfak bisa bekerja tanpa kontrol. “Nanti bisa jadi Kopassus jaman orde baru,” kata dia lagi. Sikap diluar prosedur dan ketentuan dinilai bisa berbahaya. “Kita bisa lihat sendirikan, arogansi Densus telah diprotes TNI AU.”

Usman menduga, sikap Densus seperti di atas terjadi lantaran selama ini Densus menuai puja-puji dari masyarakat terkait penanganan terorisme. Saking merasa terpuji, kata Usman, Densus berlaku di luar kontrol dan tidak mengindahkan prosedur. “Karena dipuji-puji, Densus jadi takabur,” ujar Usman.

Amirullah