“Pasar Lupa” Digelar di Tengah-tengah Unjuk Rasa

"Pasar Lupa" yang digelar sejumlah aktivis pembela Hak Asasi Manusia memeriahkan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (20/10/2010), bertepatan dengan satu tahun masa kerja Kabinet Indonesia Bersatu II.

"Selamat Datang di Pasar Lupa" demikian tulisan yang tertera pada spandunk yang dibentangkan di sekitar Taman Monumen Nasional yang menghadap ke Istana Merdeka.

Para aktivis yang menggelar "Pasar Lupa" menyajikan sejumlah dokumentasi peristiwa yang diduga merupakan bentuk pelanggaran HAM. Mereka juga menyajikan foto-foto korban pelanggaran HAM.

Kegiatan tersebut juga menghadirkan para korban pelanggaran HAM beserta keluarganya. Mereka serempak mengenakan kaos berwarna hitam dan membawa payung hitam bertuliskan berbagai pesan tentang penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM.

Suasana semakin meriah dengan iringan musik dangdut yang dibawakan oleh kelompok Gemania Grup. Para aktivis dan korban pelanggaran HAM berjoget bersama, diiringi musik dangdut dengan lirik berisi kritik kepada pemerintah.

Rintik hujan tidak menyurutkan semangat peserta aksi untuk terus berjoget dan menyanyikan lagu-lagu bernada kritik tersebut. Beberapa aktivis berjoget sambil berteriak dengan semangat, meski tubuh mereka basah kuyup.

"Pasar Lupa" dimotori oleh sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat, antara lain Kontras, ICW, dan Migrant Care.

Aktivis Kontras Usman Hamid menjelaskan, "Pasar Lupa" adalah ekspresi masyarakat yang kecewa dengan pemerintah yang terkesan melupakan penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

Dia menegaskan, pemerintah hanya 13 kali menyinggung kasus-kasus HAM dalam waktu satu tahun terakhir. Padahal, media massa telah mengangkat kasus HAM sebagai bahan liputan hingga ratusan kali.

Usman menyatakan, kasus-kasus HAM sejak tahun 1965 hingga 1998 belum tuntas. Dia menilai, selain lupa, pemerintah sepertinya tidak punya keberanian untuk menuntaskan kasus-kasus itu.

"Ini bukan hanya karena faktor lupa, tapi juga faktor tidak berani," katanya.   (Fat/At)