Sally Sempat Ingin Bunuh Diri Akibat Tulang Menonjol

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Sellywayn Carolina (28), korban dugaan malpraktek RS Fatmawati, pernah mencoba bunuh diri sebagai bentuk penolakan atas kondisi dirinya.

Kini Saly hanya menghabiskan watu di rumahnya di bilangan Cireunde, Ciputat, Tanggerang Selatan karena malu memiliki tulang belakangnya melengkung dan menonjol.

"Dulunya dia nggak minder. Sekarang dia nggak berani keluar rumah, sehari-hari hanya habis di tempat tidur," ujar adik Selly, Anggy Isnasar, ketika ditemui di Kantor Kontras, Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Minggu (14/11/2010).

Psikis Selly juga terganggu akibat penyakit yang dideritanya. Selain merasa minder, Selly kerap berkata aneh. "Tiba-tiba dia bilang, sudah merasa tidak dibutuhkan lagi," imbuh Anggi.

Sementara itu, Ayah Sally, Darwis Lubis mengaku, baru mulai menyadari ketidakwajaran putrinya itu pada tahun 1999. Saat itu Darwis melihat anaknya yang masih berumur 16 tahun berjalan dengan kondisi miring. "Saya lihat kok kalau jalan agak miring, ternyata tulangnya menonjol," imbuh Darwis, di tempat yang sama.

Darwis kemudian membawa putri kedua dari lima bersaudara itu ke RS. Fatwamati untuk dioperasi. Kemudian tulang tersebut dipasang pen lurus sepanjang kurang lebih 30 cm dengan 12 baud. Punggungnya untuk sementara lebih tegak dan tonjolan tulang berkurang.

Namun satu tahun berselang, kata Darwis, tulang itu pun bengkok kembali. Darwis pun melaporkan kasus itu ke RS. Fatmawati, tetapi dirinya tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Kondisi anaknya pun kian memburuk hingga kini.

Bahkan ayahnya pernah mendengar permintaan Selly untuk mengakhiri hidupnya. "Selly pernah saya dengar mengatakan, ‘mending gue bunuh diri saja’, saya ngga tega mendengarnya," ujar Darwis.