Polri Minta Kontras Sampaikan Temuannya

TEMPO Interaktif, Jakarta – Dikritik Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) sebagai lembaga paling sering melakukan kekerasan pada 2010, Polri legowo.  "Ya Polri kan organisasi milik masyarakat. Siapa saja boleh menilai Polri," kata Humas Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar, saat dihubungi, Selasa (28/12).

Boy menghimbau Kontras tak sekadar mengkritik, namun juga menindaklanjuti kritik tersebut dengan menyampaikan hasil temuan mereka ke Mabes Polri. "Kami perlu diberi tahu lebih jelas, kapan dan di bagian mana polisi melakukan kekerasan," ujarnya.

Seperti diberitakan, Kontras menilai Polri banyak menggunakan kekerasan dalam aksinya di masyarakat. Kontras secara spesifik juga menuding Detasemen Khusus 88 Antiteror kerap melanggar hak asasi manusia dalam penanganan terorisme selama ini.

Mengenai hal itu, Boy meminta masyarakat memahami tugas yang dihadapi Densus. "Terorisme memang termasuk extraordinary crime, ya. Penanganannya memang harus khusus," kata Boy. "Tapi bukan berarti penanganan oleh Densus selama ini tidak terukur," tambahnya.

Boy mengklaim, selama ini Densus sudah terukur dan tegas dalam menghadapi ancaman di lapangan. "Ancaman itu tingkatnya ekstra, yang dilakukan juga oleh orang-orang yang extraordinary. Bahkan Densus siap mati dalam tugas mereka yang extraordinary tersebut," ujarnya.

Isma Savitri