LSM Tuntut Kapolri Usut Otak Grand Desain Kerusuhan

JAKARTA–MICOM: Perwakilan dari sejumlah lembaga sosial masyarakat mengunjungi Kantor Kapolri di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (10/2).

Mereka menuntut pengusutan kasus kerusuhan di Cikeusik, Banten dan Temanggung, Jawa Tengah, diteruskan hingga mendapatkan aktor intelektual di balik kasus tersebut.

Para tokoh LSM meyakini ada grand desain di balik penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik dan tiga gereja di Temanggung.

"Pada dasarnya, peristiwa ini jangan dilihat sebagai kriminal biasa, tapi ada persoalan lain di balik ini. Kemungkinan peristiwa ini adalah by design, harus ditengok," ujar Ketua Setara Institute Hendardi seusai menemui Kapolri Jenderal Timur Pradopo.

"Dalam kasus Cikeusik dan Temanggung, indikator pembiaran dan dugaan bahwa kedua peristiwa tersebut by design sangat mudah dilihat."

Hal senada disampaikan perwakilan Kontras yang juga datang bersama Hendardi. Usman Hamid, mantan Koordinator Kontras, meyakini adanya aktor intelektual yang mengorganisir massa sehingga kerusuhan bisa pecah hingga mengakibatkan tiga meninggal di Cikeusik dan tiga gereja rusak di Temanggung.

"Yang terpenting sekarang proses hukumnya bisa sampai ke aktor intelektual. Kalau sampai ke aktor intelektual, kita bisa tahu motif sebenarnya (di balik kedua kerusuhan), apa ada hubungan dengan politik, teroris, atau pengalihan isu," tukas Usman.

Polri sendiri telah mengakui adanya indikasi pengorganisasian massa di balik kedua kerusuhan terpisah tersebut walaupun belum secara tegas mengatakan keduanya didesain pihak tertentu.

Salah satu indikatornya, pelaku kekerasan datang juga dari luar wilayah tersebut. Di Cikeusik, Polri mengaku masih mengusut soal pita biru yang dikenakan massa yang menyerang Ahmadiyah. Sementara di Temanggung, Polri pun mengusut SMS ajakan berkumpul di depan PN Temanggung kala pembacaan putusan kasus penistaan agama dengan terdakwa Anthony Richmon Bawengan.

Sementara itu, berdasarkan investigasi sejumlah LSM tersebut, ada indikasi pembiaran dalam kasus ini. Tuduhan tersebut sudah berkali-kali ditepis Polri. Namun, Ketua Badan Pekerja Kontras Haris Azhar masih yakin akan hal tersebut.

"Hasil investigasi sementara dari Kontras, Setara dan beberapa kawan lain, kami menemukan momentum di mana polisi kita asumsikan atau kita temukan telah mengetahui akan ada penyerangan pada tanggal 5 dan 6 pagi. Dan kami minta Kapolri untuk memeriksa apakah prosedur-prosedur penanganan sudah dilakukan atau belum," ujarnya.

Untuk kasus Cikeusik, Polri sebelumnya sudah mengirimkan tim internal untuk mengkaji masalah tersebut. Itwasum Polri Komjen Nanan Soekarna bersama Kadiv Propam Irjen Budi Gunawan telah turun ke lokasi kejadian untuk memeriksa kemungkinan kesalahan prosedur yang dilakukan oleh Kapolsek Cikeusik AKP MAdsupur, Kapolres Pandeglang AKBP Alex Fauzi Rasyad, hingga Kapolda Banten Brigjen Agus Kusnadi. Sedangkan pemeriksaan prosedur Temanggung menunggu tim menyelesaikan pemeriksaan prosedur kasus Cikeusik.

Para perwakilan LSM ini juga mengingatkan, ketika Polri menangani tindak kekerasan dengan tegas, angka kekerasan turun drastis. Ini yang membuat mereka merasa perlu untuk mendorong Polri terus bersikap tegas terhadap penanganan kekerasan dan bukannya membiarkan, apalagi pada konflik yang berlatar SARA.

"Dalam penelitian berbagai organisasi menunjukkan ketika polisi bertindak dengan tegas, ada penurunan angka kekerasan yang terjadi. Misalnya untuk kekerasan di Monas pada 2008, itu angka kekerasan menurun drastis. Tapi, jika terjadi pembiaran maka angka itu akan naik," kata Hendardi.

Selain Setara dan Kontras, perwakilan LSM lainnya juga ikut menemui Kapolri, yakni perwakilan Komnas HAM, Human Rights Working Group (HRWG), Wahid Institute, The Indonesian Legal Resource Center (ILRC), dan LBH Jakarta.

Secara terpisah, sejumlah pemuda yang menamakan diri Pemuda Lintas Agama juga menyambangi Mabes Polri atas tuntutan yang sama. Sejumlah pemuda tersebut berasal dari PP Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Generasi Muda Konghucu (Gemaku), Pemuda Hindu Dharma (Perada), dan Gema Buddhis. (*/OL-3)