KontraS: Ipar SBY Jadi KSAD, Nuansa Nepotisme Dominan

Jakarta – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memilih Kepala Staf TNI AD yang baru. Ia memilih adik iparnya sendiri, Letjen Pramono Edhi Wibowo. Koordinaor Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar, melihat adanya nuansa nepotisme dalam pemilihan ini.

"Nuansa nepotisme lebih dominan dalam pemilihan ini. Alasannya, pertama Letjen Pramono Edhi bukan calon terbaik dari yang ada. Letjen Budiman dan Letjen Marciano lebih muda. Letjen Marciano lebih jelas dalam penyelesaian kasus kekerasan yang pernah ada di anak buahnya," ujar Haris kepada detikcom, Kamis (30/6/2011).

Haris mengatakan, perjalanan karir Letjen Pramono hanya moncer di Kopassus saja. Itu pun, lanjutnya, sempat ‘ternoda’ dengan adanya serangan terhadap rumah Uskup Belo di Timor Timur. Penyerangan itu terjadi saat Letjen Pramono menjabat Komandan Golfur Kopassus pada 1999.

"Kedua, Letjen Pramono Edhi tidak diketahui visinya soal reformasi dan pembinaan TNI AD. Kalau obyektif seharusnya Letjen Budiman atau Letjen Marciano yang dipilih, meskipun dua nama ini juga di bawah rata-rata," katanya.

Oleh karena itu, menurut Haris pemilihan ini merupakan bukti bahwa SBY sedang membentuk rezim keluarga. Pemerintahan SBY, lanjut Haris, bukanlah pemerintah yang profesional.

"Pantas makin banyak orang enggak percaya dengan dia. Kalau dibilang untuk mempromosikan Letjen Pramono Edhi untuk 2014, saya pikir Pramono Edhi bukan figur yang tepat untuk kepemimpinan bangsa ini ke depan," tandasnya.

Mensesneg Sudi Silalahi membantah jika pemilihan KSAD ini bisa disebut sebagai nepotisme. Menurutnya, siapapun presiden yang saat ini menjabat, Letjen Pramono tetap akan menjadi KSAD.(adi/lrn)