Kontras: Gunakan Pendekatan Persuasif

JAKARTA, KOMPAS.com – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan meminta aparat keamanan tetap mengedepankan penegakan hukum persuasif. Hal itu diperlukan untuk menghindari eskalasi kekerasan di Papua.

Peristiwa di Papua semakin memperburuk kondisi keamanan dan menambah panjang daftar kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Papua.
— Indria Fernida

Hal itu diungkapkan Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Indria Fernida, di Jakarta, Kamis (4/8). "Peristiwa di Papua semakin memperburuk kondisi keamanan dan menambah panjang daftar kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Papua," kata Indria.

Oleh karena itu, lanjut Indria, Kontras mendesak institusi keamanan setempat, yakni Kepolisian Daerah Papua, untuk melakukan penyidikan yang menyeluruh, transparan, dan akuntabel atas peristiwa penembakan tersebut.

"Aparat diharapkan tidak menggunakan pendekatan keamanan yang represif karena akan memperburuk kondisi. Sebaliknya, aparat perlu lebih mengedepankan pendekatan hukum yang persuasif," kata Indria.

Selain itu, lanjut Indria, aparat keamanan perlu menyampaikan informasi kepada publik berdasarkan fakta hasil penyidikan yang memadai sehingga tidak memperkeruh situasi dan meningkatkan kepanikan masyarakat sipil.

Dari catatan Kontras, sejauh ini telah terjadi penembakan di Kampung Nafri, Abepura, Jayapura, Papua, Senin 1 Agustus 2011 sekitar pukul 03.00 WIT. Peristiwa ini terjadi, sesaat ketika warga hendak melakukan perjalanan dari Kampung Arso menuju Distrik Abepura, di pasar Youtefa, Abepura, tepat di tanjakan Nafri.

Salah satu angkutan umum berhenti untuk mengangkut penumpang. Namun, tiba-tiba dari arah belakang sekelompok orang melakukan penyerangan disertai suara tembakan. Setidaknya, akibat tembakan mendadak tersebut, 4 orang warga sipil tewas.

Kontras: Gunakan Pendekatan Persuasif

JAKARTA, KOMPAS.com – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan meminta aparat keamanan tetap mengedepankan penegakan hukum persuasif. Hal itu diperlukan untuk menghindari eskalasi kekerasan di Papua

Hal itu diungkapkan Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Indria Fernida, di Jakarta, Kamis (4/8). "Peristiwa di Papua semakin memperburuk kondisi keamanan dan menambah panjang daftar kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Papua," kata Indria.

Oleh karena itu, lanjut Indria, Kontras mendesak institusi keamanan setempat, yakni Kepolisian Daerah Papua, untuk melakukan penyidikan yang menyeluruh, transparan, dan akuntabel atas peristiwa penembakan tersebut.

"Aparat diharapkan tidak menggunakan pendekatan keamanan yang represif karena akan memperburuk kondisi. Sebaliknya, aparat perlu lebih mengedepankan pendekatan hukum yang persuasif," kata Indria.

Selain itu, lanjut Indria, aparat keamanan perlu menyampaikan informasi kepada publik berdasarkan fakta hasil penyidikan yang memadai sehingga tidak memperkeruh situasi dan meningkatkan kepanikan masyarakat sipil.

Dari catatan Kontras, sejauh ini telah terjadi penembakan di Kampung Nafri, Abepura, Jayapura, Papua, Senin 1 Agustus 2011 sekitar pukul 03.00 WIT. Peristiwa ini terjadi, sesaat ketika warga hendak melakukan perjalanan dari Kampung Arso menuju Distrik Abepura, di pasar Youtefa, Abepura, tepat di tanjakan Nafri.

Salah satu angkutan umum berhenti untuk mengangkut penumpang. Namun, tiba-tiba dari arah belakang sekelompok orang melakukan penyerangan disertai suara tembakan. Setidaknya, akibat tembakan mendadak tersebut, 4 orang warga sipil tewas.