Polisi dituntut ungkap kasus penembakan Aceh dan Papua

Ketidakberhasilan pengungkapan sejumlah kasus penembakan di Papua dan Aceh mendapat kecaman dari kalangan pegiat kemanusiaan dan anti kekerasan.

Koordinator Eksekutif Komisi untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengatakan harusnya kepolisian daerah baik di Aceh maupun Papua mampu mengantisipasi peristiwa sejumlah peristiwa penembakan yang terjadi dalam satu bulan terakhir.

"Untuk peristiwa pertama dan kedua mungkin polisi bisa mengatakan kecolongan namun berikutnya polisi kan tidak boleh mengatakan susah mengungkap fakta ada konteks lain yang disebut dengan pencegahan dimana polisi bisa melakukan hal itu," kata Haris kepada wartawan BBC Indonesia, Andreas Nugroho, melalui telepon.
"Membiarkan peristiwa ini tanpa ada proses hukum juga merupakan sebuah kejahatan."

Sebelumnya sejumlah kasus penembakan terus terjadi di Aceh dan Papua dalam satu bulan terakhir. Polisi sampai hari ini masih belum berhasil mengungkap motif dan pelaku dibalik aksi sejumlah penembakan tersebut.

Di Aceh kasus penembakan terakhir terjadi pada hari Senin (04/06) yang menimpa Nasrul Mahyar warga Lhokseumawe.

Kesulitan mengungkap
Kasus penembakan di Lhokseumawe merupakan yang kedua dalam kurun kurang dari satu bulan.

Sebelumnya pada pertengahan Mei lalu aksi penembakan telah mengakibatkan tewasnya Sukri bin Abdullah, Sekretaris Partai Aceh wilayah Lhokseumawe, dan teman perempuannya bernama Cut Yeti.

Kepolisian Daerah Aceh mengaku masih kesulitan dalam kasus penembakan tersebut.

"Saksi tidak ada kejadian juga begitu dan korban belum bisa kita periksa karena kondisinya masih lemah dan itu tidak bisa diungkap cepat. Mudahan-mudahanlah kita tentunya lebih serius menangani semua kejadian yang berkembang di Aceh," kata Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Gustav Leo, kepada BBC Indonesia.
Meski masih belum dapat menangkap pelaku dalam dua peristiwa terakhir namun Gustav menepis kemungkinan kedua kasus itu terkait dengan kondisi politik di Aceh.

"Persoalan politik kan tidak ada, sudah selesai semua berkaitan dengan pemilukada, tidak ada persoalan baik di kabupeten maupun pemilukada kalau dilihat dari kasus dua minggu terakhir ini memang masalahnya pribadi dan kita masih kembangkan, tidak ada kaitan dengan politik."

Perburuk kepercayaan
Selain di Aceh, peristiwa penembakan belakangan juga terjadi di Papua. Setidaknya ada tiga kasus penembakan dalam satu pekan terakhir dan mengakibatkan lima orang mengalami luka.

Serupa dengan yang terjadi di Aceh, kasus di Papua hingga sekarang juga masih belum berhasil diungkap.

Koordinator Eksekutif Komisi untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengatakan, harus ada evaluasi terhadap aparat petugas kepolisian yang bertugas di kedua wilayah tersebut.

"Untuk Papua kasus ini makin memperburuk hubungan kepercayan antara Papua terhadap pemerintah di Jakarta," kata Haris.

"Kalau polisi bisa mengungkap kasus terorisme kenapa mereka tidak bisa ungkap kejahatan misterius seperti ini."