GEJOLAK PAPUA: ‘PETRUS’ Meningkat Selama Januari-Juni 2012

JAKARTA: Peristiwa penembakan misterius (petrus) di Papua selama Januari-Juni 2012 mencapai 17 kali atau lebih tinggi dari total peristiwa serupa selama 3 tahun terakhir. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) meminta pembentukan tim audit penggunaan senjata dan peluru.

Hal itu disampaikan dalam laporan pemantauan Kontras beserta organisasi sipil di Papua selama Januari-Juni 2012.

Koordinator Kontras Haris Azhar mengatakan jumlah insiden petrus meningkat selama 6 bulan terakhir dibandingkan dengan total peristiwa pada periode 2009-2011. Selama medio tersebut, kuantitas peristiwa tersebut masing-masing adalah 12 kali, 1 kali dan 13 kali.

"Kecenderungan lain yang bisa diperhatikan dalam kasus petrus Papua pada semester pertama 2012 adalah wilayah penembakan. Lokasi penembakan dikonsentrasikan di tiga wilayah utama Papua, yakni Puncak Jaya, Abepura dan Jayapura," ujar Haris dalam Laporan Pemantauan Penembakan Misterius di Papua Januari-Juni 2012, Rabu 13 Juni 2012.

Dia mengungkapkan para pelaku diduga tetap ingin menyulut kemarahan pada tiga wilayah tersebut.

Alasannya adalah Puncak Jaya kerap diidentifikasi sebagai basis wilayah Organisasi Papua Merdeka (OPM); maraknya operasi keamanan untuk mencari aktor-aktor OPM; dan kasus video penyiksaan You Tube oleh aparat terhadap petani.

Sedangkan dua wilayah lainnya yaitu Abepura dan Jayapura, demikian laporan tersebut, merupakan lokasi-lokasi strategis serta titik kumpul elemen masyarakat sipil yang kerap menyuarakan aksi-aksi protes sosial politik. T

ak hanya itu, bentrokan antar pihak keamanan dengan massa aksi sering terjadi di tempat itu macam kasus pelanggaran HAM serius yang terjadi di Abepura pada 2000 dan pembubaran Kongres Rakyat Papua III pada 2011.

Laporan itu juga menyatakan para pelaku memilih secara acak target korban. Dari tiga wilayah tersebut, para korban memiliki latar belakang yang berbeda-beda yakni dari warga sipil, di antaranya adalah tukang ojek, wartawan, guru sekolah, warga negara asing hingga aparat keamanan.

Namun hampir semua korban ditembak di tempat yang mematikan, seperti di bagian kepala, dada, leher, wajah dan punggung tembus ke dada.

Haris memaparkan Kontras merekomendasikan beberapa hal terkait dengan rentetan peristiwa tersebut di antaranya adalah segera dibentuknya tim audit untuk penggunaan senjata dan peluru. Hal itu, sambungnya, terutama terkait dengan peluru-peluru yang digunakan dalam penembakan atau pembunuhan misterius.

"Audit ini juga perlu dilakukan untuk mendeteksi sejauh mana penyelundupan senjata terjadi masuk ke Papua," kata Haris. " Jika polisi dan berbagai pejabat negara kerap menuduh bahwa pelakunya dari OPM, maka muncul pertanyaan: darimana OPM bisa mendapatkan senjata?�

Organisasi itu meminta agar Presiden tidak menganggap remeh situasi di Papua dengan segera melakukan evaluasi kinerja Polri dan TNI di Papua.

Selain itu, Kontras menyatakan, Presiden harus memastikan agar Polri menggelar penyelidikan secara cepat, efektif dan independen dengan membuka ruang pengawasan eksternal yang transparan agar pelaku penembakan diproses secara hukum.. (faa)