Nama Munir Diusulkan Jadi Nama Jalan

BATU, KOMPAS.com – Nama pejuang hak asasi manusia (HAM), almarhum Munir Said Thalib, akan diusulkan menjadi nama jalan, di Kota Batu, kota kelahiran almarhum Munir. Usulan tersebut disambut baik pihak pemerintah kota setempat. Usulan agar nama Munir menjadi nama jalan itu disampaikan Raden Ani, seorang tokoh pemuda di kota wisata itu.

Nama Munir itu diusulkan menjadi nama jalan di wilayah kawasan Bendo, Desa Sidomulyo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Selama ini, jalan yang menghubungkan antara Desa Sidomulyo dengan Desa Pandanrejo itu, memang belum memiliki nama jalan.

"Pemberian nama itu sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa almarhum Munir," jelas Ani, kepada Kompas.com, Senin (16/7/2012).

Usulan ini sebenarnya sudah lama menjadi keinginan para pemuda di Kota Batu dan mayoritas masyarakat Kota Batu. Usulan pertama, katanya, dilontarkan pada 2007 lalu, ke Wali Kota Batu (saat itu) mendiang H Imam Kabul. "Namun hingga kini, belum ada tanggapan dari Pemkot Batu," ujarnya.

Ani mengatakan, usulan itu kembali diajukan karena Pemkot Batu berencana memberi nama pada jalan- jalan yang ada di Kota Batu. "Semoga usulan dan keinginan pemuda dan masyarakat bisa tanggapi dengan baik oleh Pemkot Batu," harap Ani.

Ditemui terpisah, Kepala Bagian Pemerintahan Pemkot Batu, Imam Suryono mengatakan, Pemkot Batu memang merencanakan memberi dan mengganti beberapa nama jalan yang ada di Kota Batu, Selasa (17/7/2012). "Akan diresmikan juga pada Selasa besok," katanya.

"Sekarang masih dibahas dengan melibatkan sejumlah pihak terkait. Selain dari Pemkot, kami juga melibakan pihak kepolisian. Semoga nama Munir masuk dan ditetapkan jadi nama jalan," katanya.

Lebih lanjut Imana mengatakan, ada beberapa jalan yang akan diganti, seperti Jalan Raya Beji-Mojorejo hingga Jalan Raya Dadaprejo diganti namanya menjadi Jalan Ir Soekarno. Sementara Jalan Raya Pendem hingga perbatasan Karangploso diberi nama dengan Jalan Dr M Hatta.

"Pergantian nama ini sudah ditetapkan dengan Surat Keputusan Wali Kota Batu," ujarnya.

Munir Said Thalib lahir di Kota Batu, Jawa Timur, pada 8 Desember 1965. Suami Suciwati adalah salah seorang pendiri dan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS). Ia meninggal akibat racun arsenik pada 7 September 2004 lalu, di pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam yang transit di Singapura.

Pria keturunan Arab lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini juga merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM Indonesia. Adapun jabatan terakhirnya, adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Almarhum dimakamkan di TPU Sisir, Kota Batu.