Priyo tak terima disebut anti-kemanusiaan

Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso tak terima jika dikatakan antikemanusiaan. Hal ini diungkapkannya menanggapi pernyataan yang disampaikan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar.

"Pernyataan itu sembarangan, kalau menyampaikan saya antikemanusiaan dan Golkar itu salah. Saya dulu aktivis dan dekat dengan Almarhum Munir. Almarhum Munir wafat saya kehilangan juga. Pernyataan dari Haris saya tertawa kejut. Kalau temen-temen LSM dan Komnas Ham mau melanjutkan silakan, tapi saya tidak menganjurkan. Setiap orang punya hak sendiri untuk menyampaikan pandangannya," kata Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/7).

Priyo menegaskan, tragedi tahun 1965 adalah luka lama dan masa lalu. Karena itu, lebih baik melihat ke depan. "Dan itu jauh lebih baik," katanya.

Sebelumnya diberitakan, Priyo dinilai tidak peka terhadap tragedi kemanusiaan pada 1965. Pasalnya, Priyo mengimbau agar peristiwa itu dibiarkan menjadi sejarah abu-abu.

"Priyo bicara seperti itu karena dia dari Golkar, partai yang selama Orde Baru berkontribusi dalam banyak pelanggaran HAM," tegas Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar, di Jakarta, Rabu (25/7).

"Dia mewakili kepentingan Golkar untuk diselamatkan dari penghukumannya atas kesalahan di masa lalu," cetus Haris lagi.

Haris juga menilai Priyo tidak mengerti UU 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, bahwa ada kewajiban hukum untuk menuntaskan pelanggaran HAM di masa lalu. Membuka sejarah lama, kata Haris, penting untuk membangun garis batas tentang apa yang salah dan apa yang tidak.