Kontras Ragukan Iktikad Pamerintah Tuntaskan Tragedi Syiah Sampang

JAKARTA–MICOM: Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Jawa Timur Andy Irfan mengatakan, pencegahan terulangnya penyerangan kaum minoritas Syiah di Kabupaten Sampang, Madura membutuhkan ketegasan pemerintah untuk mendamaikan setiap pihak serta netralitas aparat.

Tanpanya, peran para kyai Nahdlatul Ulama (NU), yang diikuti mayoritas warga Madura, tak akan signifikan.

"Ini soal ketidaktegasan pemerintah yang tidak mau menyelesaikan masalah," kata Andy saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (26/8). "Aparat juga netralitasnya tidak dijamin," imbuhnya.

Hal ini ia sampaikan terkait berulangnya insiden penyerangan terhadap komunitas Syiah di Sampang, pagi tadi, yang telah menewaskan dua orang dan menghanguskan 10 rumah.

Kontras Jatim, serta lembaga-lembaga lainnya, sebenarnya sudah mengupayakan rekonsiliasi masyarakat sejak kerusuhan ini mulai meletup.

Salah satu upayanya, dengan melibatkan sesepuh kyai NU dari pusat. "Tapi kyai NU itu kan enggak struktural, tidak terpusat, jadi mereka punya pendapat sendiri-sendiri," katanya.

Sehingga, beragam imbauan perdamaian pun tak begitu mempan. Terlebih, sambungnya, pengurus NU setempat sendiri memiliki pandangan berbeda soal Syiah.

"Akibat terulangnya bentrokan ini, upaya kami menjadi mundur lagi ke belakang," keluhnya. "Polisi harus tangkap pelaku (pembunuhan)," tandasnya.

Kerusuhan ini bermula dari warga anti-Syiah yang menghalang-halangi dua mobil yang digunakan para siswa komunitas Syiah yang hendak kembali ke pesantren mereka masing-masing pascalibur lebaran di luar kota Sampang, pada pukul 08:00 waktu setempat.

Akibatnya, para siswa itu lantas kembali ke rumahnya masing-masing.

Namun, lanjut Andy, sekitar 500 orang warga anti-Syiah itu tak hanya menghalang-halangi mereka untuk masuk ke kampung Nankernang. Massa malah mendatangi dan membakar rumah istri Tajul Muluk, pimpinan komunitas Syiah Sampang yang sudah divonis dua tahun penjara atas tudingan penodaan agama, di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang.

Ulah massa anti-Syiah tidak cuma rumah yang sebelumnya pernah dibakar pada akhir tahun lalu itu. Aksi mereka juga merembet ke 10 rumah komunitas Syiah lainnya yang letaknya berjauhan. Namun, kaum minoritas itu tak berpangku tangan saja. Bentrokan dua kelompok pemuda pun tak terhindarkan. Hingga, tak hanya api, batu dan clurit pun ikut terlibat.

Akibatnya, ungkap Andy, ada dua orang yang tewas, yakni Kosim, 45, dan adiknya, Tohir, 40. "Ada puluhan orang yang terluka tetapi belum bisa diidentifikasi. 10 rumah juga terbakar," imbuhnya.

Kendati demikian, Andy enggan buru-buru menetapkan motif di belakang aksi terbaru ini. Sebab menurutnya, kini ada beberap pihak yang diuntungkan atas nasib buruk yang menimpa kaum Syiah Sampang ini. Tak hanya soal pengusiran kaum Syiah dari tanahnya.

Sebelum lebaran massa anti-Syiah sudah sering mengintimidasi melalui sweeping ke rumah-rumah warga Syiah Sampang. Mereka, katanya, menanyakan apakah warga masih menganut Syiah atau tidak.

"Pelakunya itu-itu juga, misinya itu-itu juga." Namun, imbuhnya, "Setelah lebaran ini mereka sudah menyatakan siap untuk melawan." (OL-11)