Sahabat Munir Minta SBY Cari Pembunuh Munir

TEMPO.CO, Jakarta-Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir (KASUM) mendesak Presiden SBY untuk segera menuntaskan penyidikan kasus meninggalnya aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir Said Talib. Tepat 7 September tahun ini, sudah 8 tahun Munir dibunuh. Sewindu kepergiannya masih menyisakan tanda tanya.

“Kami menagih janji SBY untuk menuntaskan kasus Munir,” kata koordinator KASUM, Choirul Anam saat dihubungi, Senin, 3 September 2012.

Menurut Choirul, Presiden SBY sampai saat ini masih ragu-ragu memimpin penyelesaian kasus kematian Munir. Presiden SBY bahkan dinilai hanya melakukan pencitraan dengan menggunakan kasus Munir.

KASUM pernah secara tegas dan langsung meminta SBY memerintahkan Jaksa Agung untuk melakukan peninjauan kembali atas putusan bebas terdakwa mantan Danjen Kopassus, Jenderal Muchdi P.R. “Itu pun belum dilakukan SBY,” kata Anam yang juga Direktur Human Rights Working Group ini.

Anam menegaskan, pengungkapan kasus pembunuhan Munir bukan hanya penegakan keadilan bagi keluarga dan sahabat-sahabat Munir, melainkan buat seluruh bangsa Indonesia. “Keadilan bagi Munir adalah keadilan bagi bangsa Indonesia,” ujarnya.

Munir Said Thalib, yang lahir pada 8 Desember 1965, merupakan pendiri dan koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras). Selama hidupnya, pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini aktif memperjuangkan HAM. Terakhir dia menjabat sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial.

Munir meninggal 7 September 2004 karena dibunuh dengan racun arsenik saat penerbangan menuju Belanda. Sampai kali ini, baru satu pelaku, Pollycarpus Budihari Prijanto, yang sudah ditangkap dan dinyatakan bersalah. Ketika dibunuh, Munir menumpang pesawat Garuda Indonesia. Almarhum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Sisir, Kota Batu