Ketika para tahanan politik menyaksikan film G 30 S/PKI

Saat Soeharto berkuasa sebagai presiden, film Pengkhianatan G 30 S/PKI menjadi film wajib diputar antara tahun 1985 sampai 1998. Waktu itu, TVRI yang menjadi satu-satunya stasiun televisi di Indonesia, diperintahkan untuk memutar pada tanggal 30 September malam setiap tahunnya.

Film propaganda pemerintahan orde baru tersebut menceritakan terjadinya pergolakan politik di Indonesia di Tahun 1965, yang kemudian berujung pada pergantian tampuk pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto.

Dalam film garapan Arifin C Noer itu, dikisahkan Soeharto dengan sepihak menuding Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai biang keladi goyangnya stabilitas politik pemerintah, hingga berujung pada pertumpahan darah.

Namun apakah kebenaran peristiwa 1965 seperti dalam film tersebut? Mantan tahanan politik yang dikorbankan pada peristiwa G30S/PKI tersebut, Marzuki dengan tegasnya membantah kebenaran peristiwa dalam film itu.

"Itulah pembohongan, fitnah," kata Marzuki kepada merdeka.com di Panti Jompo Abdi Waluyo Jl Kramat V, Jakarta, Jumat (28/9).

Meski usianya tidak lagi muda, namun semangat Marzuki masih membara. Raut di wajahnya seakan menjadi saksi ketidakadilan Orde Baru, saat dirinya tanpa alasan jelas, divonis sebagai tahanan politik.

"Sebenarnya saya tidak mengerti apa-apa. Awalnya saya pegawai negeri di Semarang, tahu-tahu diambil. 14 tahun di tahan," cerita Marzuki.

Marzuki mengaku tidak kaget waktu menyaksikan film Pengkhianatan G 30 S/PKI. Sebab, dirinya memang mengetahui dan merasakan gejolak waktu itu.

Bukan hanya dia, teman-teman Marzuki yang juga ‘dikorbankan pada peristiwa 65’ juga bersikap sama, mereka umumnya hanya diam dan menganggap film tersebut sebagai hal yang biasa.

Bukan tanpa alasan dia bersikap demikian, ketakutan terhadap kekuatan dominasi Orba, menjadi pertimbangan utamanya.

"Namun prinsipnya karena takut, ya dibuat biasa saja," lanjutnya.

Marzuki menjelaskan jika penggambaran PKI dalam film tersebut, merupakan kesalahan besar. Menurutnya, tidak benar PKI memiliki perawakan garang, dan identik dengan kekerasan atau peperangan.

"Ketika rapat PKI, minum, atau rokok, itu tidak boleh. Jadi memang disiplin," kata Marzuki.

Hal ini kontras dengan apa yang digambarkan dalam film G 30 S/PKI. Setiap kali rapat PKI selalu diwarnai kepulan asap rokok yang membumbung.