Pemerintah Harus Belajar dari Bentrok Lampung Selatan

JAKARTA – Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) menilai kasus bentrok antar warga di Lampung Selatan, seharusnya pemerintah pusat dan daerah dapat menditeksi sedini mungkin.

Koordinator KontraS, Haris Azhar, mengatakan bentrok di Lampung Selatan, seharusnya bisa dianalisa pada sejumlah konflik, seperti yang terjadi di Poso (1998) dan Ambon (1999).

"Apalagi bentrokan di Lampung dalam catatan pemantauan KontraS, sepanjang tahun 2012 sudah terjadi tiga kali peristiwa ketegangan sosial antara masyarakat setempat dan pendatang," kata Haris kepada wartawan, di Kantor KontraS, Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (2/11/2012).

Menurutnya, dua bentrokan sebelumnya antara Desa Sidomulya bulan Januari dan Desa Jabung pada bulan September juga dipicu oleh persoalan sehari-hari, termasuk urusan terlanggarnya norma sosial dan kriminalitas.

"Hingga kini pun, kedua kasus yang ada tersebut belum terlihat upaya hukumnya untuk membawa para pelaku bentrok ke ranah hukum, apalagi inisiatif-inisiatif untuk mendamaikan kelompok yang bertikai juga nampaknya belum maksimal," imbuhnya.

Dalam berbagai kasus bentrokan di Indonesia, kata dia, isu sentimen lokal, dikombinasikan dengan disparatis ketidakadilan akses sosial, ekonomi dan politik merupakan penyebab utamanya.

Selain itu, Haris menuturkan, lemahnya penegakan hukum dan minimnya ruang terobosan untuk menyepakati konsep insitatif perdamaian di tingkat lokal menjadi rangkaian kendala yang menyebabkan penanganan konflik sosial berjalan lamban dan berpeluang terulang kembali.

"Kecenderungan ini, kiranya akan semakin menguat dalam beberapa tahun ke depan, apabila model penanganan masalah tidak menyentuh problem mendasar di tengah masyarakat," terangnya.

Lebih lanjut, Haris menambahkan imbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam penyelesaian masalah Lampung Selatan, harus disinergikan dengan kemampuan otoritas sipil seperti gubernur, bupati dan walikota dalam membuka komunikasi oleh pihak-pihak yang bertikai.

Dalam catatan KontraS, bentrokan antara warga di Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan, selama tiga hari berturut-turut telah menyebabkan 14 korban jiwa, lima orang luka-luka dan sebanyak 192 warga Desa Balinaruga harus dievakuasi.