Pemberian “Human Rights Prize Emilio F Mignino 2012” dari Pemerintah Argentina kepada KontraS

Pemberian "Human Rights Prize Emilio F Mignino 2012" dari Pemerintah Argentina kepada KontraS

KontraS mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Argentina-dalam hal ini diwakili oleh Duta Besar Argentina untuk Indonesia Bapak Javier Sanz de Urquiza dan Pejabat tinggi di kedutaan Argentina seperti Bapak Martin Via, atas penghargaan "Human Rights Prize Emilio Mignino" yang diberikan kepada KontraS.

Penghargaan ini menggunakan nama seorang aktivis HAM Emilio Mignone asal Argentina. Emilio adalah pendiri CELS–Center for Legal and Social Studies, sebuah organisasi yang bekerja untuk melakukan pendokumentasian dan pembela HAM bagi korban-korban penghilangan orang secara paksa sejak akhir tahun 70an di Argentina. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah Argentin–melalui kementerian luar negeri, sejak 2007 kepada organisasi atau individu yang kontributif dan dedikatif dalam melakukan pembelaan HAM dinegara-negaranya, diluar Argentina.

Tahun
Penerima Penghargaan
2007ASOFAMD–Asociacion de Familiares de Detenidos, Desaparecidos y Martires por la Liberacion Nacional de Bolivia
2008CCJ–Comision Colombiana de Juristas
2009WOLA–Washington Office on Latin America
2010ZLHR–Zimbabwe Lawyers for Human Rights
2011IRCT–Association International Rehabilitation Council for Torture Victims

Bagi KontraS, pertama, penghargaan ini merupakan pengakuan dan dorongan semangat untuk terus bekerja memperjuangkan nilai kemanusiaan, ditengah kebisingan politik demokratisasi di Indonesia. Paska memasuki reformasi sosial politik 1998, perkembangan HAM sangat menarik di Indonesia. Pengakuan HAM dalam hukum meningkat, namun efektifitasnya masih jauh dari harapan para korban, keluarganya dan juga masyarakat luas. Pemerintah masih enggan menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu. Hal ini bahkan menjadi preseden peniadaan hukum (impunitas) bagi sebuah kejahatan yang terjadi hingga hari ini. Situasi ini pun diakui oleh Komisioner Tinggi HAM PBB, Ibu Navi Pillay yang baru saja mengunjungi Indonesia (13 November 2012). Pillay, bahkan menyebutkan bahwa kasus pembunuhan Munirâ€pendiri dan Koordinator KontraS (1998-2000), tidak tuntas dan perlu segera dibuka kembali. Demikian pula dengan kasus-kasus lain dimana penghilangan orang secara paksa, pembunuhan massal dan berbagai kekejian lainnya pernah terjadi tapi tidak ditangani otoritas hukum di Indonesia.

Kedua, KontraS ingin menyampaikan bahwa penghargaan ini bukanlah penghargaan bagi KontraS semata, namun merupakan penghargaan untuk para korban dan keluarganya yang telah menjadi pejuang kebenaran dan keadilan selama 15 tahun terakhir… terutama bagi mereka yang telah membuktikan dirinya sebagai pejuang keadilan hingga akhir hayatnya, seperti bapak Yap Pit Singâ€ayahnda Yun Hap korban Semanggi II-1999, Ibu Amang keluarga korban peristiwa Mei 1998, Bapak Mulyono dan pak Tjasman dua diantara ribuan korban tahanan politik paska 1965, Bapak Rasminâ€korban Talang Sari, Bapak Makmur korban Tanjung Priok dan yang terakhir Ibu Tuti Koto, yang meninggal pada 5 November 2012â€Ibunda Yani Afri yang masih hilang hingga saat ini. Sedikit nama-nama diatas mereka tidak sekedar korban, atau keluarga korban tetapi mereka adalah contoh bahwa membela kemanusiaan adalah tugas suci manusia, mereka membuktikan bahwa membela kemanusiaan karena manusia punya cinta, cinta terhadap anak, suami, istri atau keluarganya.. itulah tanggung jawab dan moralitas untuk sebuah keadilan.

Ketiga, kami sangat mengapresiasi penghargaan ini yang datang dari Argentina, sebuah negeri dimana perjuangan panjang terjadi dalam 30 tahun terakhir untuk mencari mereka yang hilang dan berusaha mengadili para pelaku kejahatan tersebut. Tentu perjuangan para korban di Argentina juga tidak mudah, bervariasi dan naik-turun merongrong energi dan emosi para korban dan keluarga korban, dari satau rezim pemerintahan ke rezim pemerintahan lainnya. Pengalaman ini sangatlah inspiratif dan edukatif bagi para korban di Indonesia. Oleh karenanya penghargaan ini adalah bentuk empati dari masyarakat Argentina dan pemerintahannya kepada upaya melawan Impunitas di Indonesia.

Kedepan, kami akan terus bersemangat bekerja menyuarakan hak asasi, keadilan dan anti kekerasan di Indonesia, di Asia Tenggara bahkan di dunia internasional. Terutama ketika impunitas masih dipraktikan, kekerasan masih terus dipertontonkan dan sejumlah kebijakan terus dibuat yang bakal mengurangi kebebasan dan kesejateraan masyarakat.

Jakarta, 14 November 2012

Atas Nama Keluarga besar KontraS
(Anggota, Badan Pengurus dan Badan Pekerja KontraS)