Peringatan Hari HAM Internasional: Corat-Coret Pahlawanmu

Senin (10/12), Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengadakan sebuah kegiatan dengan tema "Corat-Coret Pahlawan-Mu" bertempat di kantor KontraS. Dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Manusia International yang jatuh pada tanggal 10 Desember, kegiatan ini kembali mengajak masyarakat umum, khususnya anak muda untuk mengetahui dan mengenal lebih dalam tentang sosok pejuang Hak Asasi Manusia, karena pada 64 tahun yang lalu dimulai babak baru dalam penghormatan HAM yakni dengan ditandatanganinya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).

Siapa-saja dapat berpartisipasi dalam acara yang dimulai pukul 3 sore ini. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tidak ada batasan usia. Acara diawali dengan Story Telling atau bertutur yang diwakili keluarga korban pelanggaran HAM mengenai profil para pejuang HAM dan bagaimana para keluarga bisa bertahan terus–tidak mengenal lelah memeperjuangkan hak-haknya pada pemerintah dalam penyelesaian kasus yang dihadapi selama ini.

Turut hadir ayah dari Sigit Prestyo, mahasiswa yang tertembak saat peristiwa Semanggi 1, ibu Ruyati Darwin orang tua dari Eten Karyana korban peristiwa Mei 1998, Mba yeti seorang anak dari orang tua yang menjadi korban peristiwa Tj. priok 1984 dan ibu Neneng seorang perempuan penyintas dari Rumpin. Masing-masing keluarga korban diberi kesempatan untuk bertutur-cerita mengenai profil dan perjalanan kasus yg dihadapi selama ini, bersamaan dengan itu para peserta yang hadir juga diberikan waktu untuk bisa mengaktualisasikan kebebasan berekspresinya dengan Corat-Coret (Mewarnai) para pahlawan HAM dalam sebuah kertas yang telah disediakan, peserta bebas memilih pahlawan-nya masing-masing, bebas mewarnai sesuai keinginanya, materi yang digunakan bisa dengan menggunkan krayon atau pensil warna.

Peserta terlihat sangat antusias mengkreasikan karyanya, terbukti tidak hanya 1 (satu) gambar yang mereka warnai, bisa 2 (dua) atau bahkan lebih. setelah selesai berkreasi, para peserta bisa langsung menempelkan hasil karyanya di sebuah tempat yang telah disediakan. Sangat beragam dan menarik karya-karya yang dihasilkan oleh para peserta.

Sejumlah anak muda menjadi pahlawan HAM bahkan korban atas perubahan politik, seperti: Tedy, wawan (semanggi I), Elang (trisakti), Bimo petrus, Wiji Thukul (penculikan aktivis) dll mereka adalah pemuda yang melawan, untuk cita-cita Indonesia yang lebih baik dan sejahtera. Selain mengingatkan sosok pejuang HAM, Kegiatan ini juga bagian dari upaya untuk melawan lupa terhadap perkembangan kasus-kasusnya yang belum diselesaikan oleh pemerintah. "Perjuangan demi tegaknya HAM belum berakhir sampai disini, jangan sia-siakan pengorbanan anak-anak kami yang rela membahayakan dirinya bahkan gugur demi tegaknya HAM" ungkap salah satu keluarga korban dalam diskusi yang berlangsung.

64 tahun diakuinya Deklarasi Universal HAM sudah terlewati, bukan waktu yang sebentar memang, namun masih sangat dibutuhkan sentuhan-sentuhan kepedulian dari pemerintah serta masyarakat guna benar-benar tercapainya penegakkan HAM yang merupakan cita-cita mulia para pahlawan HAM, perjuangan akan tetap "Ada dan Berlipat Ganda", sehingga 64 tahun peringatan hari Hak Asasi Manusia ini, tidak sebatas perayaan tahunan belaka.