KontraS: Kekerasan Atas Nama Syariat Masih Tinggi di Aceh

BANDA ACEH- Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh, Kamis 3 Januari 2013, merilis bahwa kekerasan atas nama syariat masih banyak terjadi di Aceh selama tahun 2012. Kekerasan yang dimaksud adalah prilaku main hakim sendiri yang dilakukan oleh sebagian warga di Aceh dengan memandikan dan memukul para pelaku pelanggaran syariat islam.

Hal ini diungkapkan oleh Koordinator KontaS Aceh Destika Gilang Lestari di Cafe 3 In 1 Kota Banda Aceh, Kamis 3 Januari 2013. "Budaya yang melegalkan praktek kekerasan yang berbasis agama," kata Destika.

Katanya, masih adanya sikap ini sangat disesalkan. KontraS Aceh berharap kekerasan-kekerasan tersebut dapat dihilangkan dengan penegakan hukum yang kuat.

"Seharusnya proses hukum yang dikedepankan. Namun yang terjadi justru penghakiman jalanan yang lebih dikedepankan," katanya.

Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, KontraS Aceh merilis ada 104 kasus tindak kekerasan yang terjadi selama tahun 2012. Kabupaten Aceh Utara menempati urutan pertama dengan temuan tindak kekerasan sebanyak 14 kasus.

"Ada 104 temuan kasus tindak kekerasan selama tahun 2012," kata Destika.

Adapun kabupaten terbanyak ditemukannya kasus kekerasan ini, ujar dia, ditempati oleh Kabupaten Aceh Utara sebanyak 14 kasus, Aceh Timur 13 kasus, Aceh Besar 11 kasus, Pidie dan Lhokseumawe 10 kasus, Kota Banda Aceh dan Bireung masing-masing 8 kasus, Aceh Barat 4 kasus, serta beberapa kabupaten lainnya dibawah 3 kasus.

Sedangkan berdasarkan lembaga, kata dia lagi, kasus kekerasan yang dilakukan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) sebanyak 50 kasus, sipil 29 kasus, Polri 16 kasus, aparatur negara 6 kasus, serta TNI 3 kasus.

"Sedangkan kasus yang terjadi lebih banyak penyiksaan, yaitu 28 kasus, pembakaran 13 kasus, pembunuhan 9 kasus, penggranatan 10 kasus, amuk massa 11 kasus, serta lainnya," kata Destika.(mrd)