Diskusi “HAM dan Rekam Jejak Partai Politik: Kaum Muda Memilih Siapa?”

Bandung – Kamis (31/01) Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) bekerjasama dengan Media Parahyangan, Sorge Magazine dan Pusat Studi Ilmu Kemasyarakatan (PUSIK) Universitas Katolik Parahyangan menggelar diskusi bertema, “HAM dan Rekam Jejak Partai Politik: Kaum Muda Memilih Siapa?”. Acara diskusi didukung penuh oleh Kedutaan Besar Kanada, diselenggarakan dalam rangka rangkaian diskusi mengenal hak asasi manusia dari perspektif anak muda. 

Diskusi yang diikuti sekitar 70 mahasiswa dipandu oleh Rizkyana (mahasiswi HI Unika Parahyangan), dengan 3 narasumber, di antaranya Puri Kencana Putri (KontraS), Kristian Widya Wicaksono (Dosen Unika Parahyangan) dan Devinisa Suhartono (perwakilan mahasiswa).  dalam diskusi Puri Kencana Putri mengemukakan bahwa kita jangan hanya melihat visi dan misi yang ditawarkan oleh partai-partai yang lolos Pemilu 2014, namun juga penting untuk melihat rekam jejak parpol. Khususnya siapa-siapa saja yang berada di dalam partai tersebut. Terlebih bila orang-orang tersebut ingin mencalonkan diri menjadi Presiden RI. Karena menurut Puri, partai-partai orang yang lolos dalam pemilu 2014 masih mengusung beberapa nama yang memiliki rekam jejak hitam dalam dunia HAM, korupsi dan pengerusakan lingkungan.

Sedangkan Kristian, selain juga menerangkan tentang pentingnya kaum muda sadar atas hak partisipasi politik, ia juga menyoroti tentang bobroknya para calon kandidat anggota parlemen ataupun mereka yang berambisi ingin menyandang status Presiden RI. Secara khusus Kristian mengusulkan untuk mengganti sistem kepartaian politik Indonesia yang ada dengan sistem perwakilan kelompok kepentingan.

Devinisa Suhartono, yang biasa dipanggil Molli, menceritakan pengalamannya ketika bergabung menjadi salah satu simpatisan parpol. Sebagai representasi anak muda yang peka politik, Molli memahami adanya kekacauan sistem politik di Indonesia. Ia memercayai bahwa perubahan harus dilakukan dari dalam sistem parpol itu sendiri. Keputusannya untuk belajar politik di dalam sistem parpol sedikit banyak memberikan pengalaman yang berharga. Meskipun kini ia sudah tidak lagi bergabung dengan parpol tersebut.

Meskipun cuaca tidak bersahabat, namun tak menyurutkan antusiasme para peserta yang didominasi oleh mahasiswa Unika Parahiyangan untuk mengikuti diskusi sampai selesai. Hal ini terlihat dari pertanyaan dan pernyataan yang dilontarkan mereka. Mereka memercayai adalah bijak untuk mengetahui rekam jejak partai politik dan adalah penting untuk memahami sepak terjang para calon pemimpin bangsa dengan berbagai alat uji  demokrasi, salah satunya adalah prinsip-prinsip hak asasi manusia[].